Skip to Content

puisi

Foto iswadi bahardur

LALU 

Sajak Iswadi Bahardur

 

 

 

 lalu kuserahkan dada pada tetesan salju setelah usai

kuizinkan petir memekik memecah gumpalgumpal darah

disana tercatat riwayat cinta tak sudah

 

lantas tetes salju meraya tenggelamkan batinku

pada sungaisungai kesedihan nan panjang

di tepiannya engkau enggan menyeberang

tinggalkan bayang tak sirna

tersiram titik hujan pada mataku

 

kemudian bersama waktu yang tetap kemaren,

terbujur aku di kamar mimpi sementara

gaung suaramu memanggilmanggil

menyuruhku pulang saja

lepaskan baju kenangan

 

 

 

Santika Surabaya, Pada sebuah Kursi 

Sajak Iswadi Bahardur 

 

 

semangkuk sayur balado tersenyum haru kepadaku

aromanya mengajak aku rindu pada kampungmu

adakah rindu paling hantu selain kecambahnya selalu menumbuhi lagu

kenangan pada lembut bahumu

serasa tersapu AC hotel Santika menguarkan

bau padi masak di tangkai

oh gadis yang menunggu di depan pintu

dendang ratokmu menyihir nafasku agar pulang

 

pada Hotel Santika di sebuah kursi makan yang muram

hendak kujahit saja ujung jantung yang retak oleh ketukan rindumu

wahai Upiak nun jauh di rumah gadang

masihkah kau rajut doadoa buat pengubat risaumu

kala ragaku jauh di mata

pijar lampu kristal pada sudut ruang menjelma bening matamu di kala syahdu

 

segelas lemon tea membisu pilu

pada tegukan menjelang ke pangkal lidahku terasa ia adalah air matamu

 

 

** 

 

 

Surabaya, 2017 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


1. balado : kosakata dari Bahasa Minangkabau: bercabe, dibumbui dengan cabe.

2. dendang ratok: nyanyian ratapan: salah satu bentuk lagu rakyat di Minangkabau

3. upiak: panggilan akrab untuk perempuan Minangkabau

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler