Karya: Dimas Arika Mihardja (Jambi)
SAIS, ROIS, DAN KISS
: Muhammad Rois Rinaldi
SAIS mengendalikan laju kuda
membelah dada kota, kataku
sederhana saja: jadilah sais
bagi kesejatianmu, bersendiri
lari di kedalamaan ruang puisi
ROIS mirip dengan sais, pepimpin
arah langkah, mengusung gelisah
yang buncah. kataku sederhana saja
hanya kata-kata lepas dariruas jemari
meninggi!
KISS hanyalah kecupan ringan
di kedalaman peluk kehangatan, kataku
sederhana saja: terimalah ciuman bertubi-tubi
dari bibir puisi yang lahir dari relung hati!
2012
***
Karya: Usup Supriyadi (Bogor)
PENYAIR DAN HARI ULANG TAHUNNYA
: Muhammad Rois Rinaldi
berakit-rakit tiada mudah rupanya mencapai bukit
berenang-renang tiada pendek rupanya jalan terbentang
"masihkah kau mengaduk-ngaduk,
wahai penyair yang begitu bir di bibirnya
tetapi tiada barbar terlihatnya?"
sungguh, bila aku tiada khilaf-bilapun khilaf, mohon maaf-
pecah senantiasa menghantui sajak-sajak kental sebuah
amsal santan beraroma pandan.
kau dengar? aku melihat arak-arakkan pecandu hujan, mawar,
camar, deru, debar, hingar-bingar, gelak tawa, huru-hara
akhirnya selalu bersimpuh pada haru-biru
"ah, apakah yang harus ditulis
oleh seorang penyairdi hari lahirnya selain
melahirkan puisi dengan berisi?"
(gegar menampar)
biar, biarkanlah!
usah gelisah
sebab setiap kisah
akan bertemu sudah
2012
***
Karya Onald Anold (Pamulang)
Sobat Bantenku
:buat akang Rois
membaca keringatmu di sisa malam
di sampah jalan kampung dan kemilau kata
antara golok cimande dan senjata nuklir
aku berharap, suaramu semakin keras
berteriak hingga semua mereka pergi !
kembali ke Ibu, sepertimu
membaca gelisahmu di ketiak dara-dara
di topeng-topeng kelamin meragu diantara
berharap, rois rois kecil memanggilmu ayah, secepatnya.
Pamulang, 08 Mei 2012
***
Karya: Luluk Andrayani (Trenggalek)
JANGAN SESATKAN SECARIK PUISI
: Muhammad Rois Rinaldi
pada bibir malam mengukir kunang-kunang
jejalan kata tumpah ruah di altar kenang
sumpah serapah
bijak nasehat
cibir caci
sampai telinga berteriak pekak
masih sama
jalan adalah pilihan
ronta kebenaran jejak peradaban
hingga prasasti mengulang sejarah
berkisah tentang cinta
berkisah tentang haluan
berkisah tentang nyawa
semua masih tetap sama
apa yang kita takutkan
duniaakhirat
ini juga pilihan
semua pilihan
hati penentu
tiada sesat
tiada sesal
jika alif tegak di dada
relung25, 8512
***
Karya: Noor Aisya (Singapura)
LELAKI PUISI
pada lautan kata
kaubawa gelombang
membiduk raga
dalam metafora berhuruf
pada angin berkidung
kaumelodikan diksi kalbu
mendawai efek bunyi
sayu syahdu-menghening
pada tanah--pada api
kalimahkalimah kaupahat
menjadi pusi paling gelisah
dalam sejuta personifikasi, indah
Temasik, 2013
***
Karya: Ahmad Sirajuddin Mohd Tahir (Malaysia)
DI DINDING RASA
( Buat Anakanda Muhammad Rois Rinaldi)
Kusam yang kau tatap
usang yang kau kecap
lalu kau alih lara
di tepian masa
dengan berus dan warna
dengan semangat berpanca
dengan segala upaya:
membina tumpu fikir sapuan pentafsir
mencalit garis zikir serian cahaya desir
menyembur titik tenang menutup walang.
Indah getar di mata
santun mewah bertahta.
Abadikan
kata-kata.
(Nur Addin)Seri Iskandar, Perak Darul Ridzuan.
***
Karya: Fahmi Mcsalem (Pasuruan)
SECAWAN SAJAK
: Muhammad Rois Rinaldi
terimalah secawan arak
beraroma sengak menjejak sajak
dari lidahmu kaukecap derita
menjadi deretan kata penuh makna
dengan bibirmu kaukecup hening
menjadi catatan koyak begitu bening
ketika rimba-rimba usia
kembali terbakar
jangan lagi kausesali hidup
atau kelahiran ruhmu di dunia
dari rahim perih dan derita
yang katamu begitu penuh
kepalsuan juga dusta
terjang saja jalan-jalan setapak!
yang penuh kelakar dan belukar
hempaskan segala mimpi dan cumburayu
di atas altar keakuanmu paling angkuh!
setelah kauperas hingga tandas
segala peluh, darah dan airmata
setelah kaukelupas hingga lepas
seluruh pikiran, hati dan jiwa
maka kelak kaudapati cinta
sebagai lentera menyumbang benderang
menebus segala gulita dalam
hidup penuh derita
teriakkan segala kutukan!
dengan bahasamu paling garang
koyak-koyaklah segala kepalsuan!
dengan kata-katamu paling jalang
bakarlah doa dalam dada!
hingga setiap barisan sajak meleleh
dari sepasang mata dan lidahmu:
menggarami getir penantian
hingga melampaui kematian
yang selalu kaurindukan
Pas, 08 Mei 2013
***
Karya: Jamil Abdul Aziz (Jakarta)
LELAKI MEI
: Muhammad Rois Rinaldi
Puisi itu engkau yang
melayang terbang jauh
hingga nanti kembali
ke peraduan-Nya
Jakarta, Mei 2013
***
Karya: Windu Mandela (Sumedang)
SESEORANG YANG MENEMUIMU DI BERANDA
buat Muhammad Rois Rinaldi
ketika kau duduk di beranda, ada seorang menemuimu
tangannya menengadah seperti membawa sesuatu.namun kau samasekali
tak melihat apa pun di atasnya.
seorang itu berhenti di depanmu.
memintamu berdiri dan memintamu
meniup lilin itu. kau yang sedang
kebingungan menuruti maunya dan berpura
meniup lilin yang dibawanya.
seketika orang itu pun raib dari pandangmu.
meninggalkan jejak asap
dari padamnya. kau pun berandaiandai,
andai saja kau tanya dahulu
siapa namanya dan dari mana asalnya.
sebelum meniup lilin itu.
Sumedang,9 Mei 2012
***
Karya: Yusti Aprilina (Bengkulu)
SELAMAT ULANG TAHUN
: Muhammad Rois Rinaldi
Jemarimu lincah merangkai kata
dalam lariklarik penuh makna
melesat, sampai cakrawala
menyusuri hamparan fatamorgana
dalam geliat gelisah jiwa
Dua puluh empat tahun sudah
menapakkan kaki dalam puisi
terekam dalam jejak sajak
namamu abadi, dalam lembaran putih
AM, 8 Mei 2012
***
Karya: Yuda Apriansyah (Lampung)
MALAM INI ADALAH MALAMMU
: Muhammad Rois Rinaldi
sekedar untuk memenuhi inginku berenang dan melayang dalam imaji
bukankah pernah kutulis sebaris kata yang menjelma puisi
belumkah jugakah kau membacanya?
padahal yang kutulis adalah sajak tentangmu bang
janganlah meradang atau sinis memandang
suara tawamu yang selalu terngiang di telingaku
aku ingin miliki tawa sepertimu yang lepas tanpa beban
jua puisi-puisi yang kau tulis dengan penuh motivasi
kau jua yang kuatkan aku agar aku terus memupuk rasa percaya diri
selalu kau tambahkan warna dalam hariku
agar aku dapat melukis dengan indah sampai aku tak meragu lagi
bang kini langkahku agak ringan percaya diriku mulai tumbuh
puisipun sudah mulai bisa kulahirkan kutahu hidup ini indah
kalau kita menjalaninya dengan indah hidup tidak untuk meratap
doamu kupinta untukku
doaku kuberi untukmu
semoga kau selalu sehat.
2013
***
Karya: Muhammad Rinaldy (Palembang)
LAUT, DAN BAHASA IKAN
: Muhammad Rois Rinaldi
di rumah kerang
tuhan melukis hari
yang disembur-sembur,
lewat matahari.
(pagi yang dini)
"rumah misteri,
dan kacamata buram"
ada terang tuhan
disimbolkan kerumitan,
dan jaring kecil
dalam kepala yang atlas
: garis-garis simetris
mimpi yang biru,
dan larik ombak ke tepian.
2013
Karya Yudi Damanhuri (Tangerang)
SEBUNGKUS MALAM
:Muhammad Rois Rinaldi
Ia mengunyah malam
di mana sepi semakin dalam.
Di bukit, dengan ringkik
ada denyar yang pelik;
apapun itu, iapercaya
pada gaib.
Ia merintih lirih seakan ada
tetapi waktu semakin renta
sementara lengang pandang
menolaknya untuk pulang.
Sebelum embun menemu daun
sebelum ayun menginjak samun
karena pagi selalu membuat bayi.
2013
***
Karya Yudi Damanhuri (Tangerang)
KEPADA MUHAMAD ROIS RINALDI
Kau begitu akrab
dengan malam.
sunyi yang tugur
adalah dongeng—
mengantarmu pada dengkur.
Helai-helai sajak
yang kau injak
adalah pekik ombak—
memelukmu pada sesak.
Dan luka adalah nyanyi
dan suka adalah duri.
Selamat malam.
CisalakDukuh, 2012
Karya Yudi Damanhuri (Tangerang)
NAK
: Rois
Nak, jangan lagi kau pinta
kembali dalam rahimku
kelak kau mengerti
keindahan dalam
kesendirian
Banten, mei 2012
Komentar
Tulis komentar baru