Skip to Content

Puisi ke 18 dalam MENGHITUNG RINDU (1)

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

JEMPUT AKU DI PERBATASAN  

 

Aku memandang cermin hitam matamu malam tadi

Kulupakan putihnya kutelisik hati kuusik sepi

Kusibak tirai jendela duka

Pada jiwa yang pernah kubuat luka

 

Oh, ternyata bayang-bayangku masih ada disitu

Aku apa adanya dalam bening hitam matamu

Putih senja ditelan perjalanan waktu

 

Sungguh kau adalah kekasih yang nyata

Yang tak pernah ragu atas kesetiaan hamba

Jadi sekarang aku harus berkata apa

Karena jika cinta ini lebih dari sekedar cinta

Begitulah saat memandang Yusuf terpana para wanita

Tajam pisau mengiris jari tak terasa

 

Jadi sekarang lidahku menjadi berat

Karena jika hasrat ini lebih dari sekedar hasrat

Begitulah terbelah laut merah dengan gegaman tongkat

Ke tanah yang dijanjikan Musa ingin selamat

 

Jadi sekarang lidahku menjadi kelu

Karena jika rindu ini lebih dari sekedar rindu

Rela bulan jadi hati Qais dan Layla menyatu

Ketika terbangun malam dan duduk tenggelam syahdu

 

Hai engkau yang hitam matanya kujadikan cermin

Jangan tertawakan aku jika aku cemburu kepada angin

Biarkan dalam senjaku aku tetap berjalan

Dan pastikan kau menjemputku di perbatasan

 

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler