S E N Y A P
Aku masih berdiri di tepi teluk
memaki sepi
mencaci segala dinding dinding angin
yang melukis wajahmu
Riak berlarian menghampiri
mencoba menenangkan gundahku
Waktu berlalu
meninggalkanku begitu saja
dengan sekeping perih
Lalu ke mana malam akan kutitipkan
Jika jejakmu tak lagi kudapati
~ST_SUND
NYANYIAN PANTAI DUKA
Menimang rindu kian membeku
Dari getar jiwa hendak aku larung
Di pusaran samudra paling jauh
Agar cinta menjadi nyanyiam ombak
Meraung sepanjang pantai
Meski kau tak pernah mendengarkannya lagi
~ST_SUND
TEMBANG KASMARAN
butir-butir embun pagi
belum lagi luruh oleh sinar pagi
kugores hatimu, kaugores hatiku
dan tumpahlah segala rasa
rindu kita berdua
numprah lewat erat genggaman.
kau dan aku
berjalan berdekapan
memandang lurus cakrawala
mengeja makna bunga-bunga mekar
menangkap arti siul burung kenari
dan bertanya tentang
ranting-ranting kering
kukecup bibirmu, kaupagut birahiku
lantas kaburlah segala penglihatan
desah kita berdua
nyanyikan tembang duniawi
~ST_SUND
HAMPA
merajuk hati
mengasingkan diri
lari dan sembunyi
membawa pergi rindu dari sudut hati
tapi jejak rindumu terus membayangi
mengikuti kemanapun kaki ini melangkah pergi
aku di batas muara jiwa
samudera yang berombak hampa
menggulung logika dan rasa dalam dada
di bibir pantai kini aku berada
memungut tanya aku harus bagaimana
ada namun tak pernah ada. pudar saat kucoba menggapai
begitu jauh entah di mana
meski merasa sentuhan tak sampai
~ST_SUND
HAMBAR
Tak ada lagi rasa di puisimu
Tak ada lagi getar saat membaca puisimu
Tak ada lagi hasrat memaknai puisimu
Tak ada lagi keindahan dalam puisimu
Tak ada lagi pesona di puisimu
Yang mampu membuatku tergila-gila
Semua diksi yang dulu terasa hilang
Bahkan hanya kehampaan saat membacanya
Puisimu hambar saat kukecap
Karena puisimu penuh keinginan duniawi
Penuh rayuan gombal yang kausangka dapat memabukkanku
Betapa kuingin kautahu
Aku lebih bergetar saat menerima berlian dan emas permata
Daripada berbait-bait puisi kepalsuanmu
~ST_SUND
GAIRAH RINDU
sayang, sore ini aku teringat kedahsyatan malam kita
tiba tiba ia datang menyergapku
ingatkah kau saat sentuhanmu menyulut kulitku,
memantikkan nyala api
namun panasnya tak melukai
meski menyulut sampai ke tulang sengsum,
gigitan bibirmu menusuk jantungku, hingga hanya desah gairah yang keluar dari bibirku,
dan peluk eratmu meluluh lantakkan kesadaranku,
dengan bisik mesramu : I love you, Cintaku...
Akh... kita sama sama mabuk
Aku suka bisikanmu, yang mendesah di telingaku
Aku pun membalas : I love you too
Lalu kita pun melanjutkan geliat tarian malam
yang akan terus berulang
saat rembulan mulai mengintip bilik asmara kita
~ST_SUND
SELEPAS GERIMIS PAGI
Ada debar yang paling genderang di dadaku : biru namamu
Mengoyak sepi
Menyumpal lorong lorong darah
Menghardik liar imaji
Menghentak keramaian detak nadi; napasku pasi
ST_SUND
JANGANLAH MEREDUP CAHAYA JIWAKU Siti Sundari
Binar matamu telah meredup dan kosong
sesekali kaupejamkan matamu
dengan hembusan nafas berat
lalu pandangannu mencari cari kelebatku
dan ada hembusan lega saat aku menatapmu
Aku di sini untukmu dan akan selalu di sampingmu Cintaku
Tak akan kubiarkan waktu berlalu tanpa genggaman hangat
Cintaku, ada dada yang teriris pedih karena tertikam luka bertubi tubi.
Nyeri berkepanjangan telah mengukir tabah.
Tapi saat ini dadaku nyeri
lebih nyeri dari luka yang biasa menemaniku.
Ada takut
hingga gemetar tubuh ini
kurasakan aliran darahku menggemuruh
Degup jantungku bertalu kencang
Cintaku, tatap mataku masih dan selalu ada untukmu
Bagai matahari mencumbui jagad raya
Cintaku, genggam tanganku
rasakan hangatnya
belai rambutku
di sana masih ada wanginya,
yang semuanya hanya untukmu dan hanya untukmu
~ST_SUND
M E N U N G G U
Siti Sundari
Dengan air mata yang tersisa
aku mencoba bangkit, walau tertatih
Bukan aku mengeluh tentang hidup ini, Tuhan
Tapi, kapan hari-hari pelangi yang kau janjikan itu
mengakhiri perjalanan ini
Smg, 14-08-2020
HAMPA
merajuk hati
mengasingkan diri
lari dan sembunyi
membawa pergi rindu dari sudut hati
tapi jejak rindumu terus membayangi
mengikuti kemanapun kaki ini melangkah pergi
aku di batas muara jiwa
samudera yang berombak hampa
menggulung logika dan rasa dalam dada
di bibir pantai kini aku berada
memungut tanya aku harus bagaimana
ada namun tak pernah ada
pudar saat kucoba menggapai
begitu jauh entah di mana
meski merasa sentuhan tak sampai
SS - Januari 06, 2019
I K H L A S (2)
sayang,
aku bersimpuh di antara bilah-bilah angan
melayangkan asa lamunan
berdua denganmu di bilik kerinduan
merenda indahnya kasih
bersamamu
akh.. ternyata aku hanya bisa menenun asa
aku sendiri
dalam kegaduhan rasa
keriuhan rasa menyelinap
namun senyap yang ada
diam dalam kesendirian
di ruang hampa
hanya kebekuan suara
dan gigil nyeri
“aku menyerah"
I K H L A S
Saat langit berbisik tentang merelakan
seketika semua warna membiru
hingga urung kulukis tentang angan kita
dan jingga sore hari hilang dipeluk pekat
Ini sepenggal rasa tentang kehilangan
tatkala angan telah menyunting gelisah
Membiarkanmu tersenyum adalah iklas
yang kupelajari seumur hidupku
hingga di sela sela mimpiku merangkai harapan
sejenak aku menakar nalarku sendiri
dan perih masih juga ku genggam
Aku mesti melumpuhkan semua anganku
hingga jera mendera tanpa ampun
mengoyak batang batang gersang
yang kudiami semusim basah ini
hingga aku mesti menyublim mimpi
sendiri
~ST_SUND
(1)
ingin kutulis puisi di tubuhmu
dengan lidah apiku
kurangkai aksara di tubuhmu dengan jemariku
dan kuurai malammu dengan gairahku
(2)
kekasih
takkah kaulihat senyumku
di situ ada rindu terkulum
kekasih
janganlah hanya kautatap wajahku
bukankah kerlingku selalu mengundangmu
untuk bersama melabuhkan kerinduan
Komentar
Abaaaah... aku tersanjung,
Abaaaah... aku tersanjung, Makasih Abah
Tulis komentar baru