Skip to Content

PUISI-PUISI Siti Sundari

Foto Hakimi Sarlan Rasyid
files/user/8241/103322229_10217276433481112_7310433710442329366_n.jpg
103322229_10217276433481112_7310433710442329366_n.jpg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S E N Y A P

 

Aku masih berdiri di tepi teluk

memaki sepi

mencaci segala dinding dinding angin

yang melukis wajahmu

 

Riak berlarian menghampiri

mencoba menenangkan gundahku

 

Waktu berlalu

meninggalkanku begitu saja

dengan sekeping perih

 

Lalu ke mana malam akan kutitipkan

Jika jejakmu tak lagi kudapati

 

~ST_SUND

 

NYANYIAN PANTAI DUKA

 

Menimang rindu kian membeku

Dari getar jiwa hendak aku larung

Di pusaran samudra paling jauh

Agar cinta menjadi nyanyiam ombak

Meraung sepanjang pantai

Meski kau tak pernah mendengarkannya lagi

 

~ST_SUND

 

TEMBANG KASMARAN

 

butir-butir embun pagi

belum lagi luruh oleh sinar pagi

kugores hatimu, kaugores hatiku

dan tumpahlah segala rasa

rindu kita berdua

numprah lewat erat genggaman.

kau dan aku

berjalan berdekapan

memandang lurus cakrawala

mengeja makna bunga-bunga mekar

menangkap arti siul burung kenari

dan bertanya tentang

ranting-ranting kering

kukecup bibirmu, kaupagut birahiku

lantas kaburlah segala penglihatan

desah kita berdua

nyanyikan tembang duniawi

 

~ST_SUND

 

HAMPA

 

merajuk hati

mengasingkan diri

lari dan sembunyi

membawa pergi rindu dari sudut hati

tapi jejak rindumu terus membayangi

mengikuti kemanapun kaki ini melangkah pergi

 

aku di batas muara jiwa

samudera yang berombak hampa

menggulung logika dan rasa dalam dada

di bibir pantai kini aku berada

memungut tanya aku harus bagaimana

 

ada namun tak pernah ada. pudar saat kucoba menggapai

begitu jauh entah di mana

meski merasa sentuhan tak sampai

 

~ST_SUND

 

 

HAMBAR

 

Tak ada lagi rasa di puisimu

Tak ada lagi getar saat membaca puisimu

Tak ada lagi hasrat memaknai puisimu

Tak ada lagi keindahan dalam puisimu

Tak ada lagi pesona di puisimu

Yang mampu membuatku tergila-gila

 

Semua diksi yang dulu terasa hilang

Bahkan hanya kehampaan saat membacanya

Puisimu hambar saat kukecap

Karena puisimu penuh keinginan duniawi

Penuh rayuan gombal yang kausangka dapat memabukkanku

 

Betapa kuingin kautahu

Aku lebih bergetar saat menerima berlian dan emas permata

Daripada berbait-bait puisi kepalsuanmu

 

~ST_SUND

 


 

GAIRAH RINDU

 

sayang, sore ini aku teringat kedahsyatan malam kita

tiba tiba ia datang menyergapku

ingatkah kau saat sentuhanmu menyulut kulitku,

memantikkan nyala api

namun panasnya tak melukai

meski menyulut sampai ke tulang sengsum,

gigitan bibirmu menusuk jantungku, hingga hanya desah gairah yang keluar dari bibirku,

dan peluk eratmu meluluh lantakkan kesadaranku,

dengan bisik mesramu : I love you, Cintaku...

Akh... kita sama sama mabuk

Aku suka bisikanmu, yang mendesah di telingaku

Aku pun membalas : I love you too

Lalu kita pun melanjutkan geliat tarian malam

yang akan terus berulang

saat rembulan mulai mengintip bilik asmara kita

~ST_SUND

 

Jiwaku masih terasa membeku
Hanya mampu menerawang tapak tilas kenangan bersamamu
Kekasih...
Aku melihatmu terbang bersama malaikat
Yang telah mengangkat segala laramu
Namun telah menghampakan rasaku
Aku tahu
Aku seharusnya ikut merasakan kebahagiaanmu
Biarlah waktu mengajarkanku untuk merelakanmu pergi
Dan ikut merasakan kebahagiaanmu

 

SELEPAS GERIMIS PAGI

 

Ada debar yang paling genderang di dadaku : biru namamu

Mengoyak sepi

Menyumpal lorong lorong darah

Menghardik liar imaji

Menghentak keramaian detak nadi; napasku pasi

 

ST_SUND

 

JANGANLAH MEREDUP CAHAYA JIWAKU Siti Sundari

 

 

Binar matamu telah meredup dan kosong

sesekali kaupejamkan matamu

dengan hembusan nafas berat

lalu pandangannu mencari cari kelebatku

dan ada hembusan lega saat aku menatapmu

 

 

Aku di sini untukmu dan akan selalu di sampingmu Cintaku

Tak akan kubiarkan waktu berlalu tanpa genggaman hangat

Cintaku, ada dada yang teriris pedih karena tertikam luka bertubi tubi.

Nyeri berkepanjangan telah mengukir tabah.

Tapi saat ini dadaku nyeri

lebih nyeri dari luka yang biasa menemaniku.

 

 

Ada takut

hingga gemetar tubuh ini

kurasakan aliran darahku menggemuruh

Degup jantungku bertalu kencang

Cintaku, tatap mataku masih dan selalu ada untukmu

Bagai matahari mencumbui jagad raya

 

 

Cintaku, genggam tanganku

rasakan hangatnya

belai rambutku

di sana masih ada wanginya,

yang semuanya hanya untukmu dan hanya untukmu

 

 

~ST_SUND

 

 

M E N U N G G U

Siti Sundari


Dengan air mata yang tersisa

aku mencoba bangkit, walau tertatih

Bukan aku mengeluh tentang hidup ini, Tuhan

Tapi, kapan hari-hari pelangi yang kau janjikan itu

mengakhiri perjalanan ini

Smg, 14-08-2020

 

HAMPA

 

merajuk hati

mengasingkan diri

lari dan sembunyi

membawa pergi rindu dari sudut hati

 

tapi jejak rindumu terus membayangi

mengikuti kemanapun kaki ini melangkah pergi

 

aku di batas muara jiwa

samudera yang berombak hampa

menggulung logika dan rasa dalam dada

di bibir pantai kini aku berada

memungut tanya aku harus bagaimana

 

ada namun tak pernah ada

pudar saat kucoba menggapai

begitu jauh entah di mana

meski merasa sentuhan tak sampai

 

SS - Januari 06, 2019 

 

 

I K H L A S (2)


sayang,

aku bersimpuh di antara bilah-bilah angan

melayangkan asa lamunan

berdua denganmu di bilik kerinduan

merenda indahnya kasih

bersamamu


akh.. ternyata aku hanya bisa menenun asa

aku sendiri

dalam kegaduhan rasa

keriuhan rasa menyelinap

namun senyap yang ada

diam dalam kesendirian

di ruang hampa

hanya kebekuan suara

dan gigil nyeri

“aku menyerah"

 

 

I K H L A S

 

Saat langit berbisik tentang merelakan

seketika semua warna membiru

hingga urung kulukis tentang angan kita

dan jingga sore hari hilang dipeluk pekat

 

Ini sepenggal rasa tentang kehilangan

tatkala angan telah menyunting gelisah

 

Membiarkanmu tersenyum adalah iklas

yang kupelajari seumur hidupku

hingga di sela sela mimpiku merangkai harapan

sejenak aku menakar nalarku sendiri

dan perih masih juga ku genggam

 

Aku mesti melumpuhkan semua anganku

hingga jera mendera tanpa ampun

mengoyak batang batang gersang

yang kudiami semusim basah ini

hingga aku mesti menyublim mimpi

sendiri

 

~ST_SUND

 

(1)

ingin kutulis puisi di tubuhmu

dengan lidah apiku

kurangkai aksara di tubuhmu dengan jemariku

dan kuurai malammu dengan gairahku


(2)

kekasih 

takkah kaulihat senyumku

di situ ada rindu terkulum

kekasih 

janganlah hanya kautatap wajahku

bukankah kerlingku selalu mengundangmu

untuk bersama melabuhkan kerinduan

 

 

Komentar

Foto siti sundari

Abaaaah... aku tersanjung,

Abaaaah... aku tersanjung, Makasih Abah

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler