Gugur malam sesaat lagi. dia terlalu muda untuk berkata samar tentang langit. dia juga belum baca teori astronomi, mengapa gugus terjauh tak pernah mengeluh? malam pun terpecah satu-persatu. terlalu luas langit untuk dipungut, apa lagi untuk ditampung.
“Eclipse...eclipse...” seseorang teriak dari dalam rumah. dia terkejut, menoleh pada suara memecah. seorang tua memegangnya, “dimana luna? dia harus bertanggung jawab akan hal ini!”. dia ingat nama itu. luna terakhir nampak sebulan lalu. saat itu tak ada malam yang gugur, tanpa pecahanpecahan kaca dari jendela langit.
-Rengkuhlah aku, bawa aku kepada pungguk. Hantarkan pada bulan. Ambil sinarnya yang menyembul di cela ranting. Nanarnya tak bisa kurasa. Ambil aku saja yang meredup pada helai dedaun kering-
Malam lima belas telah gugur.
Orang teriak tadi pun kalah.
Orang tua itu masih mencari luna.
Namun dia menikmati malam yang gugur, membiarkan pecahan kacakaca langit menyayat udara. sebab dia sadar pungguk itu milik dia. tiada yang tahu bulan pergi kemana.
Komentar
keren
keren
Trimakasih :) salam kenal
Trimakasih :) salam kenal
seorang sastrawan harus lebih
seorang sastrawan harus lebih dulu jalan-jalan
Tulis komentar baru