dari keramik, beton hingga aspal
pelan menjinjit
tak bersuara seperti tarian waktu
dasar fondasi yang dipingit
rumah kaca yang mendidihkan darah muda jadi malu
tembok di timur siaga
insomnia pada ranjang-ranjang empuk
pena bersenandung di selatan
ketika hujan datang bersihkan keringat kelaparan
para penceramah berpeci
memercikkan nasionalisme palsu tertulis pada lembar kotor agitasi
tempat ibadah berkumpulnya pendosa
sumbangan-sumbangan pencitraan
kata “amin” dengan tujuan individual
teriak kekanak-kanakan
semua tercatat pada sejarah murahan
embun hati
suara angin pada dua telinga
bangunan berwibawa onggokan daging orang tua
sinar surya pada mata
petir pada mulutnya terletak
masa remaja yang disuapi pengalaman–pengalaman retak
di mana ku buang debu rokok kalau bukan di asbak?
di mana aku ingin belajar di situ ilmu diobral
bagaimana jika orang bisa berlari tanpa mencoba merangkak
di mana mana mereka mengajar tentang moral!
bisa kah kau liat retak juga dalam dirimu?
(Jakarta, 11 Maret 2017)
Komentar
Tulis komentar baru