Skip to Content

Sajak ku

Foto sunandi

Duduk di bangku taman yang kosong

melihat jakarta ,

mananyakan penduduk jakarta ,

dari desa.

Pemodal menempel jidat setempel birokrasi ,

Mengencengi kepala mereka

 

Bulan terbelah.

Bintang terpecah .

Dan aku menonton tv buasnya anak - anak

tanpa pendidikan.

 

Aku menjawab

tetapi jawaban – jawabanku

membodohi  meja meja  keangkuan ,

dan papantulis-papantulis di komputer

yang terlepas dari persoalan kehidupan.

 

Buasnya anak – anak

menghadapi satu jalan panjang,

tanpa pilihan,

tanpa rumah

tanpa dinding ilmu sekolah

tanpa ada bayangan  penghayom

…………………

 

Menghisap lem aibon

yang disemprot debu knalpot ,

aku melihat anak – anak lulusan sekolah dasar

di paksa kerja ,berpeluh di jalan raya;

aku melihat anak – anak wanita bunting

tanpa status.

Langitpun marah

Wajahnya merah dan merah

para orator berkata :

 

bahwa bangsa kita adalah bangsa terdidik dan berkembang ,

bahwa bangsa mesti dibangun;

mesti di di bina akhlaknya 

ilmunya disesuaikan dengan kecanggihan zaman

 

bukit bukit terbangun .

laut dan tanah menyatu berirama

melawan manusia

Dan aku melihat

Para teknokrat tertawa senyum yang terpendam,

terhimpit di bawah ketek pemodal.

 

Aku bertanya,

tetapi pertanyaanku

terbantah oleh penyair picisan ,

yang bersajak tentang cinta di mati akan kekasihnya ,

sementara tahta selalu ada di dirinya

dan kanak-kanak tanpa orang tuanya

termangu-mangu di jalan kaki  pencangkar langit  .

 

duit – duit menjamur di hati masyarakat 

bangsa tahun depan

adalah

aku cinta duit

indonesa raya hilang

di hati pandang matanya,

di iklan tv , menjual iba demi duit ,

harapan ibu dan bapak terjebak

menjadi gemalau suara yang kacau,

menjadi keluh di laut,

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler