Mengantar pemakaman sajak-sajak liar kala itu
Di pagi buta ketika adzan subuh baru saja purna
Dipusarakan di bawah rerimbunan beluntas yang belum tumbuh akarnya
Disirami sepercik dari sumber mata air tawar tiada ber-rasa
Mercusuarmu telah padam bersekutu dengan alam
Sajak-sajakmu menjelma rupa
Menjadi bilah-bilah pedang dan bara api di setiap palagan
Menjadi sekuntum mawar setiap kali pencinta beranjak ke peraduan
Menjadi embun di hamparan gurun kerontang
Menjadi deburan ombak di sepanjang pantai yang kesepian
Kidungmu lalu bermetamorfosa
Dalam setiap lantun seruling gembala
Dalam setiap tiupan siul yang tak bersuara
Terpuruk pucuk-pucuk cemara dalam ratap tak terkata
Mengenang sajakmu di telaga jingga
Sajak sajakmu meretas doa lewat kerlip lampion
Mengail sanjung lewat remang kunang-kunang
Aku akan tetap ikut dalam barisan
Meskipun langkahku mungkin tidak bias seirama
Aku bukan mereka yang bisa meloncat dengan tinggi
Tapi aku punya kaki-kaki kecilku sendiri
Jadi aku tidak akan ikut berlari
Dan aku bukan mereka yang bias bersenandung merdu
Tapi aku punya bisik lirih sendiri
Jadi aku tidak akan ikut berteriak dan menari
10 Oktober 2011
Komentar
Tulis komentar baru