Skip to Content

Sajak untuk Sang Guru

Foto muhammad salim

Mengantar pemakaman sajak-sajak liar kala itu

Di pagi buta ketika adzan subuh baru saja purna

Dipusarakan di bawah rerimbunan beluntas yang belum tumbuh akarnya

Disirami sepercik dari sumber mata air tawar tiada ber-rasa

Mercusuarmu telah padam bersekutu dengan alam

 

               Sajak-sajakmu menjelma rupa

Menjadi bilah-bilah  pedang dan bara api di setiap palagan

Menjadi sekuntum mawar setiap kali pencinta beranjak ke peraduan

               Menjadi embun di hamparan gurun kerontang

Menjadi deburan ombak di sepanjang pantai yang kesepian

 

Kidungmu lalu bermetamorfosa

Dalam setiap lantun seruling gembala

Dalam setiap tiupan siul yang tak bersuara

Terpuruk pucuk-pucuk cemara dalam ratap tak terkata

Mengenang sajakmu di telaga jingga

 

                Sajak sajakmu meretas doa lewat kerlip lampion

                Mengail sanjung lewat remang kunang-kunang

 

Aku akan tetap ikut dalam barisan

Meskipun langkahku mungkin tidak bias seirama

Aku bukan mereka yang bisa meloncat dengan tinggi

Tapi aku punya kaki-kaki kecilku sendiri

Jadi aku tidak akan ikut berlari

Dan aku bukan mereka yang bias bersenandung merdu

Tapi aku punya bisik lirih sendiri

Jadi aku tidak akan ikut berteriak dan menari

 

10 Oktober 2011

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler