Skip to Content

"Siapakah Engkau, Aku?"

Foto Gama Ahmad D'Lovers
files/user/2558/7225-topeng.jpg
7225-topeng.jpg

 

 

“Siapakah Engkau?”

 

“Aku? Aku adalah teduh. Ku hirup nafas-nafas busuk dunia,

Lalu ku hembuskan nyawa surgawi.

Luka kaki ku, mencengkeram bumi seerat kuat, takut terbaring.

Lengan kaku beku jemari ku, mendesah: Riuh gemeresak,

Di jilat angin, menjamah tubuh ratu damai.”

“Tapi…”

“Mereka tak mengerti, tak waras hingga mati!

Mereka sayat  tubuhku….

Mereka iris dan kuliti aku………..

Perih……………………………………………

Pedih…………………………………………………..

Inikah imbalan untuk ku……………………………?”

 

“Siapakah Engkau?”

 

“Bila aku kisah, lakon beri hidup mu, dunia.

Titipkan harapan turut arwahku padamu.

“Hanya saja?”

“Apa yang kau laku?

Mengupas lepas isi perutku?

Merampas harta yang ku peluk?

Kau perkosa batin ku: renggut kesucian ku!

Kau jilat keperawanan ku!

Lusa, bersisa koreng buih nanah,

Hingga pergi, tanpa tanggung jawab.

Aku benci kau!”

 

 

“Lalu, Siapakah Engkau?”

 

“Aku, alur lah alur aku. Dalang sedang sucikan dunia.

Gemulai sinden, teteskan kejernihan bagimu: Yang lapar.

Liuk tubuhku yang mulus nan halus,

Bening tanpa noda; Dulu kah entah..”

“Kini?”

“setelah bosan memelukku,

Lelah meremas Aku…………

Kau aniaya aku. . . . . . . . . ..

Kau campakkan aku………………

kau nodai………………………..

Terkutuk lah kau!”

 

“kemudian. Siapa kah engkau?”

 

“Aku lah sembilu. Harus engkau menjaga ku.

Memang!

Aku cermin, jiplak ke egoisan mu..

Aku pula, yang pula harus ingatkan mu,

Untuk batas kewajaran.”

“Demi zaman!”

“aku sudah pudar,

Lipat lepit keriput melukis wajahku,

Tubuh ku : renta! Tua! Penyakitan!”

Tentu.

Aku ku kau hiraukan!

Karena; aku menghambatmu….

Mati lah engkau, matilah engkau bersama ku!

Matilah!”

 

 

 

 

 

 

“kau, kau yang terkapar. Siapa kah Engkau?”

 

“sebenarnya, arah aku adalah seonggok arah.

Ku ajarkan pada mereka, engkau! Nan tentang hidup ini.”

 

“Nyata nya?”

 

 

 

“Kertas-kertas,buku bertulis, kau hempaskan.

Pensil-pensil penyangga, kian terkikis.

Aku terlupakan.

Di gerus waktu,

Di injak dewasa mu,

Di bunuh logika mu,

Yang sebenarnya:

Telah mendidikmu!

 

Bedebah!

Binasa lah!

Lebih baik kau lenyap!

Karena, neraka terlalu indah bagimu!”

 

 

 

“Disana,

Yang hampir jadi bangkai, siapakah engkau?”

 

“Aku lah inti hidup ini,

Aku lah identitas..”

 

“Maaf….”

 

“aku telah jadi mayat, busuk.. sangat busuk!

Bahkan, belatung enggan melahapku,

Maaf… maaf… maafkan aku… maaf…”

“Jadi, siapa kah engkau manusia?”

 

“ternyata, aku adalah engkau yang dikutuk aku…!!!”


Masing-masing "aku" memiliki ke "aku" an yang berbeda....

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler