Ada sisa pagi yang masih berserakan
di antara halaman rumahmu dan memoriku
yang hanya sebesar setangkup tangan dewasa.
Berserak seperti dedaun kering jatuh terkapar
di pelatar waktu pagi hari.
Di antara pagi yang tersisa
Baru kemarin aku datang mengendap endap
mengintip kau yang masih sibuk berias
dari balik jendela rumahmu yang berwarna gelap.
Dan baru kemarin, perangaiku
bagai kucing kampung piaraanmu datang hanya
ketika tak ada makanan di tong sampah atau selokan.
Juga ketika pagi mendung saat kau mendadak garang
gara gara tamu tak diundang.
Lalu kau naik pitam sebab kukatakan
"masakanmu kurang garam",
Dan lainya tentang kau yang masih tersisa,
telah kusimpan di almari bersama keramik cina,
porselen dan barang antik yang lain.
Aku tak berharap, masih ada pagi
yang tersisa di halaman rumahmu.
Meski, pada dipan itu masih tersisa
hangatnya bekas pantatku saat
aku menikmati berjemur dihadapan mentari
yang kadang nampak pada senyumu di pagi hari.
Dan kau tak perlu khawatir lagi,
sebab sudah kubingkai sisa pagi pada memorimu
yang kemarin kupungut dari tong sampah
depan rumahmu sebelum fajar
benar benar menyelinap lenyap
di tengah hiruk pikuk pasar.
Saat kudengar para prenjak berkicau resah,
menyaksian gadis gadis dengan pipi yang basah.
Sementara seorang lelaki mulai metik strings pada G minor.
Dan aku,
terburu buru.
(2018)
Komentar
Tulis komentar baru