Sesungguhnya, apa yang paling menggetarkan subuh mendatang?
adalah dengung tabuh dan gema azan yang memanggil embun mendekap
Lalu apa lagi?
Romansa keluarga kecil, tepat saat seorang istri membelai halus wajah suami
untuk berpeluk dalam tengadah, ranumnya butiran zikir dan rimbun doa-doa yang jelang-menjelang.
Lalu apa lagi?
Kerinduan anak seusai dibebaskan dari rahim purba
dan isak haru yang pecah menjelang perpisahan ke perantauan
mengadu nasib yang entah mujur atau malang
Atau kerinduan ibu pada anaknya yang sekian waktu tak mendengar merdu takbir di sepanjang penantian hari yang fitri dalam reuni kerinduan
Sesungguhnya, banyak yang menggetarkan.
termasuk rinduku padamu
saat aku bersauh di tubuhmu, kita menebas waktu, mencecap sepotong malam.
Kerinduanku padamu, oh kekasihku,
saat rautmu belajar ikhlas melepas sauh, sebelum perahuku bertolak dari dermaga tubuhmu
serta jumlah lambaian tanganmu yang tak kuasa dijumlahkan malaikat Tuhan
sebelum aku raib dari kelopak matamu
Tapi tenang, sebab aku hanya pamit sekejap, sekadar memungut kenangan yang diabaikan banyak orang.
Kelak aku akan kembali
sebab tiada tempat berlabuh, selain rumah yang kau tawarkan untukku
Di tubuhmu, kekasihku.
Kendari, 22 Mei 2020
Komentar
Tulis komentar baru