Tertahan,
Suaramu di langit-langit malam.
Bersama temaram kau seduh rembulan,
Ke dalam kopi yang hadirkan kesyahduan.
Sunyimu aroma luka.
Meski duka tersengal dalam dada,
Kau tuang baris kata di atas kertas jingga,
Yang lebur bersama sajak tanpa warna.
Larut malam kian menjadi saksi.
Betapa bakti terpatri dalam sanubari.
Meski pekat berkabung dalam diri,
Suaramu lekat dalam hati.
Komentar
Tulis komentar baru