Skip to Content

surat purnama

Foto Untuk Siapa

Waktu itu aku menerima surat
Dari sahabat hidupku yang senang melaut
Begini kata-katanya waktu itu

 

Untuk kau
Sahabat hidupku,


Kawan surat ini aku tulis setelah aku mulai berlayar dari dermaga ketiga di purnama ke 216, aku sekarang sudah banyak mengarungi samudra dengan perahu yang aku beli waktu itu, aku juga sudah banyak mendapat rizki dari jaring yang kita rajut di samping rumah dulu, tapi sayang jaring-jaring itu sudah mulai rusak terkoyak karang-karang tajam, ohh yaa.. mungkin sekarang kamu akan sulit mengenaliku, karena putih kulitku dulu terbakar sinaran buruk terik matahari. Kawan sebenarnya perahuku sekarang sudah mulai karatan tapi aku akan tetap ada di lautan.
Sekian dulu suratku kawan, aku akan selalu menulis surat untukmu.

Sahabat hidupmu.

 

Setalah selesai aku membaca surat itu hati ini bertanya-tanya
Kenapa ia kekeh ingin di lautan?
Katanya jaringnya mulai rusak!
Kenapa ia tak kembali saja bersandar?
Untuk sejenak memperbaiki dan merajut kembali jaringnya
Lalu katanya kulitnya hitam terbakar matahari!
Kenapa tak sejenak berteduh di daratan merawat dan memutihkan kulitnya kembali?
Apa ia tak pernah puas mengarungi samudra luas yang kata orang-orang banyak ombak ganas menggilas?
Apa ia tak ingin sejenak menikmati jerih payahnya di lautan?
Apa ia tak takut terus berada di atas perahu yang katanya mulai karatan?
Hhhmmm.. pertanyaan-pertanyaan itu membuatku tak bisa membalas surat darinya, sampai saat ini di purnama ke 228

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler