Sepotong jiwa lama berlalu
Menerkam sepi dalam riak-riak senandung harap
Aku adalah seorang anak kecil
Yang terlihat iba dalam tatapan mata Tuhan
Malam masih gelap
Namun aku tetap bercerita kecil
Menerkam dalam hati rencam
Benar-benar cabuh
Tidak kah sampan berfirman?
Tidak kah kayuh bersabda?
Tidak kah ayar bersujud?
Tidak kah itikad bergurau?
Ini zaman seperti lamunan terlalu ba’id
Tujuh bumi telah habis di terkam nya
Kini sisa tujuh langit yang apakah sama nasibnya?
Sungguh ini pergi
Aku masih ingat
Tentang malam itu. Tak pernah
Habis lilin-lilin kehidupan melambai merdu
Dengan jiwa yang tak karuan diantara topeng-topeng kehidupan
Sepotong jiwa lama berlalu
Menerkam sepi dalam riak-riak senandung harap
Aku adalah seorang anak kecil
Yang terlihat iba dalam tatapan mata Tuhan
Malam masih gelap
Namun aku tetap bercerita kecil
Menerkam dalam hati rencam
Benar-benar cabuh
Tidak kah sampan berfirman?
Tidak kah kayuh bersabda?
Tidak kah ayar bersujud?
Tidak kah itikad bergurau?
Ini zaman seperti lamunan terlalu ba’id
Tujuh bumi telah habis di terkam nya
Kini sisa tujuh langit yang apakah sama nasibnya?
Sungguh ini pergi
Aku masih ingat
Tentang malam itu. Tak pernah
Habis lilin-lilin kehidupan melambai merdu
Dengan jiwa yang tak karuan diantara topeng-topeng kehidupan
Komentar
puisinya bagus sekali, kata
puisinya bagus sekali, kata katanya penuh makna. terus berkarya, semoga tetap suces.
Tulis komentar baru