“Ibu darahku”,
Hanya pertanyaan
“mengapa tak pernah bilang mau permisi dari aku”
Setidaknya saat kutunjukkan sajak dan lagu...
dan masih secuil bakti
berusaha poles disanasini sebagai
“Anak darahku”,
Kau tak pernah tahu doa seperti apa:
“semoga, semoga dan beragam semoga kupanjatkan tulus bagi kalian”
Setidaknya saat kupertaruhkan rebahku kemarin
Coba keluarkan tubuh mungil berpusar panjang, disempurnakan sedemikian rupa olehNYA dalam perut ini sekian masa...
“Ayah darahku”,
Kita kasat akan semua doa-doa terpanjat dan kita pula yang aminkannya,
“rentetan tawa mu adalah hujan yang sedekahi rumah ini...”
Itu bingkai imam yang kau contohkan tanpa pamrih....................
Terpajang jadi banyak rindu dan pelajaran berarti
“aku tak sesali semua ini”
Ttd, nanda.....
Komentar
Tulis komentar baru