Skip to Content

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Belum Usai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja

Joan UduPerempuan JalangKemirauIRAMA NAN BERSENANDUNG
Salman ImaduddinMolotov TerakhirLalik KongkarBelum Usai

Karya Sastra

INANG

Inang,
Susui aku lagi
Berikan putingmu
Aku haus, Inang

Inang,
Usap kepalaku
Biarkanku tidur
Rindu aku pada ibuku

Inang,

MALAM KETIKA AKU MELACUR

Aku melacur di kegelapan

Persis ketika kau meninggalkanku sewaktu petang

Sewaktu kau meremas pantatku dan berbisik,

meraba, merayap,memapah

bila manusia bersedia meraba di setiap sisi gelap hatinya..

maka jalan terang akan terbentang tanpa petaka..

akan membawa kesejukan tanpa diminta..

KAU HARUS ADA

Sekejap mata pun jangan pernah kau pejam 

Tatap aku sejurus terus dari tempatmu mencinta

Rekatkan remas jarimu pada genggaman kita

BERHARAP BERARTI

Aku menghitam legam dalam kelamnya malam ini

Sendiri...

Tak dimiliki

Belum juga kau miliki

Ataukah memang aku tak pantas dipunyaii?

 

KENANGAN

KENANGAN
siapakah kau;
yang merapikan jejak usang kehadiran
segala penghabisan-sebetulnya telah tiada
satu demi satu nampak;

SEPUCUK SURAT DARI KAKI MEJA

pada terik yang menyengat sisa-sisa pagi
kalamku memburu laksana kuda di sahara
meracau di bibir tebing
mengerang dalam selaksa takdir

Anggun

Anggun

 

Saat pertama kulihat

Bergetar rasa di dada

Mataku terpana melihatmu

Pikiranku memikirkanmu

Kembali


Ketika matahari  tlah dijemput sang bulan

Sedang  kepakan ini  belum jua terhenti

Kadang letih mendera namun bagai tak perduli kepakan semakin tinggi

Saat sang bulan tlah berdiri mengangkangi  jagad ini

Bentangan  kian lebar dan kepakan makin kuat

Sisi Gelap Manusia

Kala khilaf berkeloceh

Manusia melukis topeng-topengnya

Dengan air mata yang busuk

Dengan ramah tamah yang basi

Dengan tangan penuh darah

 

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler