“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.
Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja
masjid di kota sajadah lagi musim hujan, sampai banjir; airnya mengalir bening lama ku tunggu jedah air rapi baris-berbaris mengenalkan keningku pada tanah basahnya,
Aku menulis; kelopak-kelopak merah tua. putik-putik menjuntai menggapai-nggapai. beberapa duri tajam menebar ancam. Dihijau tangkai dan daun; lumbung hujan dan embun
Kala hati nurani meresah, Gelora jiwa kian terasa, Saat hati mulai merana, Perjumpaan adalah obatnya, Ku rindu senyum manismu, Ku rindu canda tawamu, Walau raga tak terjangkau mata..
Pengantar koran pagi ini belum juga datang. Biasanya pada jam-jam segini teriakan koran-koran yang khas dari pengantar koran itu pasti sudah terdengar. Juga bunyi reyot sepeda pancalnya yang sudah karatan itu.
Komentar Terbaru