Skip to Content

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Belum Usai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja

Joan UduPerempuan JalangKemirauIRAMA NAN BERSENANDUNG
Salman ImaduddinMolotov TerakhirLalik KongkarBelum Usai

Karya Sastra

Untuk Tuan Pembesar

Ada lagi orang yang mati

Damai kami kembali terkoyak

Tangis negeri kembali terdengar

Kita satu saudara

Kenapa saling menghancurkan

 

Bukumu, Kisah Laluku

Tak sengaja kutemukan sesuatu dari laci terbawah lemari kayuku yang sudah usang, sebuah buku... ya sebuah buku yang mengingatkanku akan dirimu. Di dalam buku terdapat beberapa lembar catatan kecil tentangmu. Pikiranku menerawang memikirkan gerangan dimana kau sekarang.

akhirnya...sekejap yang berarti

burung bersembunyi dalam sarangnya

gerombolan katak berteriak siap untuk berpesta

angin dan air bersatu memeriahkan tawa canda mereka

"ngomong dong dari tadi......!"

seperti menunggu orang melahirkan

diriku mondar mandir berjalan

hanya saja ini berjamaah

aku tidak sendiri

serapah kadang terlontar dari orang sekitarku

pompa airku rusak

Kuhampiri bangku terasku yang nampak berdebu, kumanjakan punggung dan kaki kakiku disana setelah seharian menyusuri jalan jalan kota. kumanjakan pula kedua mataku dengan terpejam beberapa saat, dan bagian terbaik dari hari siangku ini adalah saat kuteduhkan tenggorokanku dengan segelas es kelapa yang kubeli di depan jalan tadi.

yang ditunggu

hilir mudik angin bertiup

awanpun tlah merubah warna

sekelompok capung berlarian diantara ilalang

pepohonan berharap cemas diatas tanahnya

 

Kutuk

Dulu di bawah pohon mahoni yang subur itu anak-anak berkumpul. Membicarakan satu dua hal tentang rencana-rencana gila permainan mereka. selayaknya anak-anak. 2 X 2 pun bagi mereka kadang-kadang tidak sama dengan 4. Sekawanan mereka bagai srigala yang banyak akal. Buas, nakal, sangat suka mengganggu. Orang-orang kampung sudah hafal tabiat anak-anak kecil itu.

 

takut liarmu takut padamu

kau katakan

kadang ku takut...

takut pada malam

takut pada gelap

takut pada sepi 

kau nyalakan lentera jiwaku

 

kau katakan

Cerita Yang Kembali Bercerita

CERITA YANG KEMBALI BERCERITA

 

Serpihan kisah dan cita itu masih ada

Dan masih ku biarkan tercecer

Cita yang selalu berkisah

Cita Yang Kembali

CITA YANG KEMBALI

 

Sepertinya terulang

Degup ini pernah tersaji

Sama…

Indahnya…

Sakitnya…

Dan kepasrahankupun sama

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler