Skip to Content

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Belum Usai

Isi kepala yang terkelupas barisan perhitungan logika angka satu plus sepuluh titik enam akar dua, yang kau yakini tak ;pernah ku temui di saat aku bekerja

Joan UduPerempuan JalangKemirauIRAMA NAN BERSENANDUNG
Salman ImaduddinMolotov TerakhirLalik KongkarBelum Usai

Karya Sastra

Biarkan Aku Menziarahi Kubur Hatimu

Puisi: Hafney Maulana

Sekuntum mawar
yang kau berikan padaku  kutanamkan, kini
mekarnya semekar senyummu.  Maka
biarkanlah aku menziarahi kubur hatimu yang kau makamkan tanpa batu nisan. Kita

Sampaikan pesan kepada ibu pertiwi

Burung burung nazar menunggu sedari tadi, tidak bergeming oleh suara suara peluru yang sedang bersahutan.Kadang para ketua saling memberi isyarat akan waktunya makan bangkai dan minum darah yang sudah menjadi nanah.Sementara yang lainnya berputar putar sambil melirik pada mangsa di depan,Awas dan ketakutan akan tidak terjatah.

Pura berlumut di ujung sana

"Kenapa kau berikan pasir ini kepada ku ? Tidak perlu..kamu gunakan sendiri saja buat melempar matanya, agar dia buta tak bisa melihat.agar dengan begitu dia akan sadar, siapa dirinya."


"Kenapa ..kenapa dia selalu kasar setiap memberikan basah ..basah dan basah...pasir dan pasir lagi...TIDAAAKKKKK.... Dasar Iblis dan Setan ..Keparat kalian..."

Pagar bambu

Barisan mu siap lurus berbaris

Rapi berjejer seperti pulau pulau ku

Tepi tepi pembatas cahaya pandang keangkuhan

Panjang berderet deret satukan perintah perintah

Saat Ini

Menunggu sepi menepi

Dalam sendiri yang sunyi

Semua gelap, tak terdengar

Air mata terurai berbaur bumi

Menahan ingin

Menerima kemustahilan

Salam kenal sobatku Dr Robert Arjuna

Di tengah hiruk pikuknya orang di airport,

seorang tiba - tiba menyapaku

dengan sapaan tulus tanpa dibuat -buat

Dan kujawab dengan senym yang lebih ramah

Kenari di pagi hari

Jalan ini tetap saja sepi tanpa polusi

Masih juga ada embun menetes

Hujan semalam masih terisa

Basahi tanah leluhurku

DIAM

Buat apa aku bersuara

Kalau hanya akan jadi cemoohan saja

Ada baiknya diam

Tapi berpikir dan menunggu waktu fajar

Pesan Partere

Pada kemiringan bukit itu

Aku

menatap
sebuah pohon besar dengan dahan yang menyebar ke kiri dan ke kanan

Dia
ditemani kolam yang menelaga di sebelahnya

 

Sampaikan Sajak Ini

Jika Tuhan mempersilahkanku untuk terlahir
di dunia

Aku tak ingin terlahir dari rahimmu  

Jika pun demikian, aku lebih memilih untuk
mencintaimu saja

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler