Skip to Content

# puisi #sastra #poem #poetry

Esok

Esok, kita kan berjalan menepuk halus bingar mimpi

Yang berdering banyak menyeru di kepalamu

Untuk sepotong kata bisu tertahan di pandangan kosong

Opium Ku

Kau hadir dalam tanya yang membara

Anak Kemarin

Aku Anak kemarin.

Belum tuntas aku belajar menulis,membaca, dan berhitung.

Aku anak kemarin.

Lidahku masih kelu untuk bicara dengan jelas.

Aku anak kemarin.

Muara Tanpa Ujung

Ke mana perginya anak-anak sungai?

 

Dulu kupikir mereka berlari dari rasa yang menghimpit

begitu bebas

lepas mengalir meninggalkan hulu

Era Baru

Kita hidup di era baru

Saat hati perlahan mengeras laiknya batu

Dan empati menipis digerus waktu

Bahkan malaikat pun melangkah ragu

Galau Siang Itu

Siang itu galau

Jam-jam sibuk

Dari kediamanmu

 

Aku yang lengang, terjebak

Pada halte yang tak semestinya

 

Ya, benar

Mimpi, Kematian Sang Pengembara, dan Suatu Tepi

aku melihatmu

kapal yang kukira hendak berlabuh

mungkin di suatu tepi pemberontakan ini

 

tapi katamu--

jalan hidup semacam ini tiada tepi

Sisa Pagi

Ada sisa pagi yang masih berserakan 

di antara halaman rumahmu dan memoriku 

yang hanya sebesar setangkup tangan dewasa. 

Lelaki yang Patah Hati

 

LELAKI YANG PATAH HATI

 

Seorang lelaki yang patah hati

mondar-mandir di taman belakang rumahnya.

Puisi-puisi Ag Andoyo Sulyantoro (Indonesia)

Lingkar Mata di Pintu Gerbang

                 (ARSIP SAJAK)

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler