Skip to Content

Antologi Musafir: Titik Awal Cinta Kita

Bertanya Kabar

seperti biasa, kawan

kalau kau bertanya padaku:

bagaimana kabarmu hari ini?

 

aku hanya bisa menjawab:

masih seperti yang dulu

Kemana Kita akan Kembali?

kemana kita akan kembali,

setelah melakukan perjalanan singkat

namun cukup melelahkan ini?

 

apakah ke kampung halaman

Saat Matahari Terbit

saat matahari terbit...
ada burung berkicau merdu
banyak yang senang mendengarnya...
namun, tak sedikit yang merasa terganggu

saat matahari terbit...
ada angin dingin menerpa kalbu

Setia Memendam Rindu

kasih,
tak usah risau, tak usah galau
biarlah waktu yang akan menjawabnya
tentang kebenaran cinta yang memukau
kau atau aku, sebenarnya
siapa tak setia?
biarlah malam atau siang

Aku Menunggumu

aku menunggumu

di sisa waktuku

dengan tengadah ke langit

sambil sesekali mengangguk

meskipun tak paham maknanya

aku yakin,

Demi Waktu

demi waktu
telah kupahat namamu
di atas prasasti hatiku
agar rinduku - rindumu
lekat menyatu
dalam pusara syahdu
menepis segala ragu
akan warna abu-abu

Dilema

berdiri tegak lurus di persimpangan jalan

memilih arah mata angin yang tepat, sekedar

untuk menerbangkan layang-layang cita-asa

pada waktu yang singkat untuk melumat

Melaut Benciku

-pada yudi murdani-

 

melaut benciku,

sepanjang waktu padamu,

ya, hanya padamu

tidak pada yang lain

 

melaut benciku,

Surat Terbuka Bagi Para Penyair

-aku biarkan engkau memahaminya sendiri-

Cinta adalah kata kunci atas kehidupan. Kehidupan tanpa adanya cinta adalah hampa –tanpa makna. Betapa banyak orang-orang yang lemah menjadi begitu kuat dan perkasa, disebab karena cinta. Pun demikian sebaliknya, betapa banyak orang yang kuat nan perkasa menjadi lemah dan tak berdaya, karena cinta pula.

Aku Mengusir Rindumu

kau mengetuk pintuku:

...

dengan tasbih yang terlantun

saat burung-burung kembali ke sarang

pada tiap akhir masa kenangan,

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler