usia bagiku, ibarat jeruji-jeruji roda kereta
merangkak pasti menuju ke arah senja
kadang di atas, kadang di bawah
menggelinding mengikuti arus nasib
saat jibril turun,
menuruni tangga-tangga cahaya:
bacakan padaku tarikh nabi-nabi secara jelas
dari mulut diammu yang lugas
mengapa adam dilempar ke dunia
satu jam yang lalu,
kau masih berdiri tegak lurus
dihadapanku mengurai canda
jadi tawa gembira...
kita membuat janji
mengapa ada ziarah?
____bukankah maut merupakan hal yang pasti?
_____ sedang keranda tak pernah jalan sendiri?
kapal baru berlayar
beberapa menit dari pelabuhan
badai datang menjelma topan
ganas: menerjang-nerjang
badai datang tanpa di undang
[diluar ramalan]
adakah yang lebih melati
dari mata hawa yang bening?
pandangan hawa,
adalah pandangan mata tajam
yang tak pernah lekang digerus zaman
kemarin kubertanya padamu
tentang makna cinta
tapi kau jawab makna benci
maka tak usah heran
saat kau tanya padaku:
apa makna kesetiaan?
seperti layaknya jalan besar di kota
tiap gang, ada nomor, ada nama
seperti layaknya petak kamar di bonbin
tiap kandang, ada hewan, ada pawang
sahabat, apa yang bisa kita kenang
dari masa kecil kita?
sedang waktu tak pernah kembali
biar pun meninggalkan banyak jejak kaki?
...
mengapa mesti ada tangis
jika masih bisa mengurai tawa?
mengapa mesti ada benci
jika masih bisa merangkum cinta?
Komentar Terbaru