Skip to Content

Antologi Musafir: Titik Awal Cinta Kita

Kereta Senja

usia bagiku, ibarat jeruji-jeruji roda kereta

merangkak pasti menuju ke arah senja

kadang di atas, kadang di bawah

menggelinding mengikuti arus nasib

Saat Jibril Turun

saat jibril turun,

menuruni tangga-tangga cahaya:

bacakan padaku tarikh nabi-nabi secara jelas

dari mulut diammu yang lugas

mengapa adam dilempar ke dunia

HITAM PUTIH [mengenang seorang kawan]

satu jam yang lalu,

kau masih berdiri tegak lurus

dihadapanku mengurai canda

jadi tawa gembira...

satu jam yang lalu,

kita membuat janji

Ziarah

mengapa ada ziarah?

____bukankah maut  merupakan hal yang pasti?

mengapa ada ziarah?

_____ sedang keranda tak pernah jalan sendiri?

 

Badai

kapal baru berlayar

beberapa menit dari pelabuhan

badai datang menjelma topan

ganas: menerjang-nerjang

badai datang tanpa di undang

[diluar ramalan]

ADAM DAN HAWA -bagi mereka yang berselisih sengketa-

adakah yang lebih melati

dari mata hawa yang bening?

pandangan hawa,

adalah pandangan mata tajam

yang tak pernah lekang digerus zaman

Batu

kemarin kubertanya padamu

tentang makna cinta

tapi kau jawab makna benci

maka tak usah heran

saat kau tanya padaku:

apa makna kesetiaan?

Selayaknya Cinta

seperti layaknya jalan besar di kota

tiap gang, ada nomor, ada nama

 

seperti layaknya petak kamar di bonbin

tiap kandang, ada hewan, ada pawang

Sahabat Lama

sahabat, apa yang bisa kita kenang

dari masa kecil kita?

sedang waktu tak pernah kembali

biar pun meninggalkan banyak jejak kaki?

...

AYAT-AYAT CINTA*) [bagi habiburrahman el-shirazy]

mengapa mesti ada tangis

jika masih bisa mengurai tawa?

 

mengapa mesti ada benci

jika masih bisa merangkum cinta?

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler