Skip to Content

Dieqy Hasbi Widhana

Kami Dalam Negara?

Sebagaian darimu sedang meramalkan esok hari

Menyimpulkan dunia perlawanan

Sama seperti panggung penuh citra

Benih penjilat yang beradu dengan bunga kritis

penyesalan

Nak, jagalah ibu dari angin malam..

Lawanlah arah angin dengan apimu..

 

Angin malam mencoba mengikat

sekujur tubuh mencekik ibu maka

Terserah Arsitek Cerita

Di samping, terdengar suara benda berat terjatuh yang diiringi suara setengah lenguhan. Kemudian di susul dengan teriakkan panjang. “haaa…  dimana aku..?”, suara lelaki setengah baya itu menggema. Dia masih berdiri kebingungan, dalam sepetak ruangan yang hanya berjejal lampu temaram lima watt. Sepi tak ada keriuhan dari suara apapun.

(masih) mencari

Sorot matanya berpijar menampar apa yang dipandangnya

Seperti ada serpihan mentari yang tertinggal dalam retinanya

Anak itu masih berlari

ini malamnya ini..

Seperti ada perapian dalam kepalaku

Entah apa yang menarik ulur otot kepala ini

Nafasku jadi sepanas terik matahari

 

Tubuhku melemah

wahai burung bangkai yang lapar

datanglah ke sarangnya

ketuk aja sekuat tenaga..

 

mengapa harus takut anjing galak

taringnya takkan setajam otakmu

Kematianku

Awan gelap terburu-buru memayungi bumi. Tetesan hujan semakin keras terdengar berpacu dengan rintihan binatang malam. Sesekali kilatnya menjilat bumi. Aku duduk di atas bangku yang ketiga kakinya keropos. Rumah kosong ini terlihat gosong sepertinya api tak kuasa menghabiskanya. kupandang gumpalan darah kering yang berceceran di tembok.  aku tetap menatap darah itu. Itu darahku.

proklamasi kehampaan...

Ada duri yang menancap dihatiku,

Kemudian menyemprotkan buih kegelisahan

Meremas-remas sendi jiwaku

Seperti cambukan…

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler