Di samping, terdengar suara benda berat terjatuh yang diiringi suara setengah lenguhan. Kemudian di susul dengan teriakkan panjang. “haaa… dimana aku..?”, suara lelaki setengah baya itu menggema. Dia masih berdiri kebingungan, dalam sepetak ruangan yang hanya berjejal lampu temaram lima watt. Sepi tak ada keriuhan dari suara apapun.
Awan gelap terburu-buru memayungi bumi. Tetesan hujan semakin keras terdengar berpacu dengan rintihan binatang malam. Sesekali kilatnya menjilat bumi. Aku duduk di atas bangku yang ketiga kakinya keropos. Rumah kosong ini terlihat gosong sepertinya api tak kuasa menghabiskanya. kupandang gumpalan darah kering yang berceceran di tembok. aku tetap menatap darah itu. Itu darahku.
Komentar Terbaru