Skip to Content

Menulis Novel

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (26)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (26)

mardiana-kappara.blogspot.com - Jelita. Perempuan itu akhirnya terbang kembali ke Yogyakarta. Ke tempat asalnya. Aku yang disuruh mengantar. Memberikan peluk cium. Pak Sima tidak bisa mengantar karena ada meeting yang harus dihadiri. Perempuan itu sempat menangis. Entah apa yang membuatnya menangis. Hidungnya jadi memerah. Tetapi dia tetap terlihat cantik.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (25)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (25)

mardiana-kappara.blogspot.com - Semua baju kerja hari ini terasa tidak satu pun yang pantas kupakai. Tidak ada yang membuatku terasa tampak lebih wah atau menarik. Semua biasa-biasa saja. Padahal sesuai perintah atasan. Hari ini aku akan menemani calon isterinya untuk berbelanja keperluan pernikahan mereka.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (24)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (24)

mardiana-kappara.blogspot.com - Menjelang jam pulang. Suasana kantor tiba-tiba berubah jadi ramai. Keriuhan berasal dari ruang front office. Mbak Nelly saling jambak rambut dengan Karina. Aku tidak paham siapa yang memulai. Suara sorak-sorai yang mengundangku untuk keluar dari ruang HRD. Dua kasir dalam ruang front office tampak bingung hendak melerai siapa.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (23)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (23)

mardiana-kappara.blogspot.com - Aku tidak lupa janjiku pada Pak Sima. Cuma pura-pura lupa saja. Ketika dia melayangkan tanya di telepon seluler, kujawab seolah-olah aku baru mengingat janji itu barusan.
“Waduh maaf sekali, Pak. Saya lupa.”

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (22)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (22)

mardiana-kappara.blogspot.com - Rumah semakin sepi. Hanya aku dan Yuk Way. Perempuan itu memang bukan gadis lagi. Dia janda beranak tiga. Dua anaknya baru saja menikah. Tinggal satu lagi yang sedang meneruskan sekolah di bangku SMP. Tetapi bukan tidak mungkin suatu saat nanti dia menikah lagi dan mohon izin untuk berhenti bekerja.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (21)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (21)

mardiana-kappara.blogspot.com - Malam harinya aku tidak bisa tidur. Yuk Way kuminta menemaniku menonton belasan CD horror yang kusewa sepulang kantor. Perempuan berperawakan gemuk itu berkali-kali berteriak. Membuatku beberapa kali pula dibuat terkejut.
“Hus! Jangan kencang-kencang teriaknya, Yuk. Nenek sudah tidur.”
Yuk Way menutup mulutnya rapat-rapat.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (20)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (20)

mardiana-kappara.blogspot.com - Aku memutuskan ke Rumah Sakit Jiwa. Menemui Psikiater, untuk berkonsultasi. Lalu aku didiagnosa mengalami depresi ringan. Aku kemudian disarankan minum obat antidepressant. Demi menetralisir kondisi jiwaku yang sedang labil.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (19)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (19)

mardiana-kappara.blogspot.com - Wajah anak-anakku sembab menangis. Air matanya tak juga berhenti mengalir walau aku seka berkali-kali. Kunyanyikan segala macam lagu. Kugendong. Kutepuk-tepuk. Bahkan kuajak bermain. Mereka tetap menangis.

“Berhentilah menangis, nak.”
Aku iba dengan mata mereka yang sudah meradang. Sembab memerah seluruh bagian wajah.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (18)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (18)

mardiana-kappara.blogspot.com - Rumah dan kebun Bapak akhirnya terjual cepat dalam waktu tidak sampai tiga bulan. Kami tidak bisa memperoleh harga yang tinggi. Malah dibawa standar harga pasaran. Demi Kak Asni, kami biarkan saja dia memberikan langsung kata deal pada penawar pertama.

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (17)

Novel : Perempuan Dalam Kurungan Waktu (17)

mardiana-kappara.blogspot.com - Anisa tidak terima dengan kesepakatan yang kubuat bersama Kak Asni. Dirinya berang. Karena menurutnya sikap Kak Asni sungguh tidak adil.

“Itu artinya seluruh harta warisan jatuh kepada dia!” terdengar jelas suara kesal Anisa di handphone.
“Kak Asni sedang dirundung masalah berat. Tidak ada salahnya kita sedikit ringan tangan membantu.”

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler