Skip to Content

NOVEL: MAGHDALENA

NOVEL: MAGHDALENA (12/14)

DUABELAS

 

SIANG, pukul 12.00 cuaca sangat terik, matahari menyengat seluruh kota Hamburgas. Sudah beberapa hari ini hujan gak menyiram kota. Memasuki musim penghujan, memang begitulah cuaca, gak pernah menentu.

NOVEL: MAGHDALENA (11/14)

SEBELAS

 

HARI-HARI selanjutnya dilalui Bayu dengan menjalin hubungan dengan gurunya, Bu May. Ia juga terus mengikuti latihan yang udah mereka jadwalkan. Ia dan teman-temannya terus ngikuti season demi season di Altar Big Band. Bayu merasa sangat termotivasi dengan perasaan yang dimilikinya.

NOVEL: MAGHDALENA (10/14)

SEPULUH

 

BAYU ngerebahin tubuhnya yang lelah di atas pembaringan. Tubuhnya begitu lelah setelah latihan hari ini, mengawali liburan semester.

NOVEL: MAGHDALENA (09/14)

SEMBILAN

 

MINGGU siang menjelang sore, sekira pukul tiga sore, hujan mulai turun rintik-rintik diiringi dengan angin yang gak tentu arah hingga membuat air hujan jatuh gak beraturan. Suara petir sesekali terdengar menggelegar.

NOVEL: MAGHDALENA (07/14)

TUJUH

 

SAMPAI di pinggir, keduanya udah ditungguin sama Aida dan Maghdalena. Mereka di tunggu di sebuah pondok kecil milik pemilik kebun kelapa itu.

NOVEL: MAGHDALENA (06/14)

ENAM

 

AIDA segera turun dari motor ketika berhenti di depan toko kecil itu, di dekat simpang  Desa Sukorejo. Di mulut simpang ada sebuah Gapura yang bertuliskan DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI, di tiang sebelah kanan itulah meteran jalan terpancang dengan kokoh.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler