Skip to Content

puisi eksistensialis

Ragu

Temaram turun dipupuk senja. Sembari menatap mata mu sambil bertanya, "Sedang apa dikau di sana?". Malam menjelma menjadi lagu. Nihil sekali orang mengenali suaranya yang berbahasa apalagi bernada. 

Tanpa suara lebih baik, itu kata orang. Membenam semua matanya. Tiada lagi kebenaran; hanya kesangsian. Setelah ini apa lagi?

Puisi-Puisi Daruz Armedian

Puisi-Puisi Daruz Armedian

 

Topeng

 

Betapa menyedihkan ketika sepagi itu

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler