Ibuku Bukan Filsuf
buat Maria Magdalena F. Ida
Ia tidak pernah menutup mata terhadap Cahaya,
Pulang lagi, kereta kembali
datang lagi, macet menanti petang pun masih disini dalam lorong: tegak berdiri,
warna baru, senyum kala malam.
Sekira lama dedaun kering jatuh meminta Tunggulah berserak di muka tak dalam Dapatkah meminta selain muka, dijatuhi daun-daun kering Mengadah tangan tadah dalam mendoa tiba
Seputih kapas
Hati yang kau miliki
Selembut sutera
Kasih yang kau beri
Cinta yang seluas samudera
Sayang yang sepanjang galah
Untuk kali ini Habislah aku
Tiada syair yang dapatku buatkan untukmu Ibu Jangan menangis Ibu, biar saja syairku menangis darah kan kubiarkan itu
Seindah-indahnya syair dan puisi
Rayuan pulau seribu takkan pernah bisa menembus kasih sayang mu.
E-ngkaulah wanita yang paling mulia dalam hidupku
L-antunan nada indah selalu mengiringi tidurku kala itu
Komentar Terbaru