Geliat kelebat pengejar angin
dibulan bumi basah di penghujung desember
memaku awan mendung berarak hingga lumpuh
menjatuhkan butir-butir hujannya di pagi hari
O Ibu
kutemukan cinta
didalam sorot matamu
disegala perhatianmu
pada sayang dan juga amarahmu
telah kau tanami pohon cinta di sorga
Kutemukan kata-kata cinta
di atas hamparan malam
lembaran kertas lusuh
tanpa baris dan garis batas
Sedesah nafas terasa tak berarti bagimu
ketika engkau tengah hidup dimabuk dunia
melihat hidup laksana lautan luas tak bertepi
Hujan oh hujan
Adakah dingin yang lebih dingin ketimbang dinginmu?
Adakah basah yang lebih basah ketimbang basahmu?
Tubuhku menggigil dan beku dalam rinaimu
bagaikan sebuah tembok
kesombonganmu itu berdiri angkuh
menatap kaku pada kehidupan
apa pun yang kau sombongkan:
ilmu, pengalaman, atau senioritas
duri dari sekuntum mawarmu
menyemai bara api pada ilalang hidupku
menghidupkan endapan luka dalam hatiku
aku mencintaimu, apa adanya
Sunyi ini begitu terasa
detik-detik waktu berdetak menyiksa
bagai angin senja yang bernyanyi pilu
bagai mendung yang menutupi langit biru
Putri Buang
Karya : Oyok Yobi Sopian
Kini tubuhku tak lagi mungil
Kini kaki mungilku kekar dan perkasa
31-10-2014
ketika cahaya menghilang mentari redup telah dari sang surya rembulan pun tak lagi sinar di pancarkan yang terlihat hanyalah petang berkumandang
Komentar Terbaru