ingin kusapa dikau disela kepenatan hidupku
sebagai uluran tangan ketika engkau terus memanggilku
namun tirai yang pernah kau buka
perlahan engkau tutup kembali
meski baru beberapa kata dikau membuka diri
sebanarnya aku cukup mengerti dan mampu merasa
akupun tak begitu peduli
apakah untaian kata itu sebuah kejujuran
begitu menggebunya dikau untuk berkencan dalam maya
beberapa menit usai kita berpindah dari massager ke wa
dikau seperti begitu kehausan di bawah teriknya matahari
ada yang masih tersimpan dan masih terus kusimpan
yang belum sanggup kututurkan dengan kata-kata
atau mungkin tak akan kututurkan dengan kata-kata
jelang tengah malam dua lima juni dua dua
diantara kepenatan jalan pikiranku
kucoba membuka jendela kehidupan dunia maya
untuk sekedar menghirup kesegaran angin
sepertinya engkau mencari kekasihmu kawan
engkau mondar-mandir di sekitar taman kehidupanku
hanya mondar-mandir sambil melirikkan mata
dialog kecil hari ini semula aku anggap biasa
ketika kubaca WhatsApp pertamamu
bahwa sepasang sepatu itu hilang
saat engkau keluar dari makam Imam Syafi'i
memang tidak mudah jika engkau tetap berdiri di sini
meski tekadmu telah bulat engkau berdiri di sini
karena sepintas engkau tidak mendapati sesuatu di sini
BAUR
Perkenankan aku menyapa...
Pada titik embun...
Yang membias cahaya...
Dipagi penuh makna.....
telah kutulis pesan keabadian untukmu
telah kusampaikan isyarat untukmu
dan kaidahpun telah sepakat
demikian pula hatinuranimupun seirama
Komentar Terbaru