jelang tengah malam dua lima juni dua dua
diantara kepenatan jalan pikiranku
kucoba membuka jendela kehidupan dunia maya
untuk sekedar menghirup kesegaran angin
sepertinya engkau mencari kekasihmu kawan
engkau mondar-mandir di sekitar taman kehidupanku
hanya mondar-mandir sambil melirikkan mata
dialog kecil hari ini semula aku anggap biasa
ketika kubaca WhatsApp pertamamu
bahwa sepasang sepatu itu hilang
saat engkau keluar dari makam Imam Syafi'i
memang tidak mudah jika engkau tetap berdiri di sini
meski tekadmu telah bulat engkau berdiri di sini
karena sepintas engkau tidak mendapati sesuatu di sini
BAUR
Perkenankan aku menyapa...
Pada titik embun...
Yang membias cahaya...
Dipagi penuh makna.....
telah kutulis pesan keabadian untukmu
telah kusampaikan isyarat untukmu
dan kaidahpun telah sepakat
demikian pula hatinuranimupun seirama
tumbuhnya benih di tanah ini tidak bisa dipaksakan
meskipun musim hujan telah tiba
yang kita anggap segala biji akan tumbuh
untuk menampilkan kesejukan
serentak
Seperti batu, dia diam namun Ketika dilempar dia mematikan
Seperti batu, terlihat tidak berharga namun pasti dibutuhkan
rinai hujan pagi ini begitu meneduhkan
bunga dan taman tak butuh sentuhan tanganku
yang hampir tiap pagi kubelai dengan percikan air
namun di sisi lain
biarkan gemercik air dari pancuran itu terus berlagu
biarkan gesek daun bambu menemaninya
sambil menikmati cipratan air yang mematuk batu
Komentar Terbaru