Skip to Content

Puisi Kehidupan

Pecundang

Mungkin kalian orang pintar
Tapi kalian sangat bodoh,
Jika kalian merasa pintar

Mungkin kalian orang hebat
Tapi pantas di sebut pecundang
karena mau enaknya sendiri

Ruang Ini

Mazmur bagimu membubung

meninggikan dirimu mengatasi langit

di ruang berpintu kaca ini

kemuliaanmu mengatasi bumi

seberkas kipasan angin

meniup tengkuk

Tatapan Itu

Masih pedih mengenangmu

lama tidak bersua

matahari telah lewat sepenggalah

angin turun mengayun

daun-daun cemara

 

C I N T A

Aku membiarkannya selalu teringat

mengucapkan namanya di luar kepala

merawatnya sambil mencabik-cabik hari

lalu kita mewarnai senja dengan

derai tawa dan

Di Satu Pojok Dago

Dinding kokoh berwarna dingin

dengan baris ornamen kayu 

lampu-lampu etalase

yang setia nyala

rak-rak dan kaca-kaca besar

dan sepatu-sepatu

T I D A K

Kataku tidak...

bukan berarti tidak ada cinta

kataku tidak...

bukan berarti tidak suka

kataku tidak...

bukan berarti tidak ingin lagi

Jam Sembahyang

Abdi menghantar hati

membawa jiwa

menabur doa

 

Benarkah hati 

sungguh terarah?

bukan terpukau

status sosial

POTRET TUA

Tangis dewa jatuh

membasahi tubuh bumi

yang panas...

membangunkan semut

yang tidur...

setelah jam kerjanya

yang panjang...

hari ini

RINDU KAWAN

Aku rindu kau, Kawan

bersama melintasi malam

menemani Ibu Bulan

dengan baris-baris puisi

yang engkau lemparkan

dan kutangkap

dengan satu senyuman

Bougenville Berbunga

Kerikil berdebu 

yang kuayun pagi ini

gemerisik berbunyi

di bawah alas kaki

meninggalkan debu

beterbangan 

yang mengikutinya

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler