Skip to Content

Puisi Kehidupan

Angka Jadi Suara

Tangan-tangan kotor itu membuat

kita menggigil

Saat kerja berhenti

Saat mesin kerja mati

Ketika tubuh bergerak apa adanya

PAGI ( yang lain )

Langit redup

Angin diam

Pohon diam

Burung bersahutan, 

mengeluhkan hidupnya...

 

 

 

 

 

Sederhana Saja

Di satu siang yang bau aspal

ilalang layu mencium bumi

lambainya pelan seperti merajuk

terlalu terik rupanya

 

Bunyi sepatu bot berderak

Aku Pulang

Jelaga malam sedikit tersisa

di sudut sini...

Rona emas tiba tanpa banyak kata

Benda bulat menggelindingkan lancar 

Menuruni jalan licin

 

Hati terasa penuh

Sarat duka lara nestapa

Otakku

Otakku membual lagi

mau keluar jalan-jalan katanya

buat apa... lelah jawabnya

aku ingin lari menggapai kilometer

berapapun...

 

Otakku seperti ingin meleleh 

ngampar di aspal... tersengal

setelah seharian menekuni sahara

yang tak kukenali wujudnya

 

Otakku ingin kubungkam

Kalau Aku Menentang Sastra

Aku tak lain tak bukan
Tetes air jatuh di ibu kota
Bapak menggendong ibu ke kota-kota
Aku telah sampai sembada

Untuk soal seni
Jatuhnya aku jauh sudah ada
Itu adalah soal langit

Ada Jalan Di Balik Itu Semua

Di tepi laut selatan ini

Kulihat burung camar terbang bebas

Menembus awan dan menguasai langit

Tak terpengaruh

Akan apa yg ada dibawahnya

Hanya saja

NESTAPA

Langit tampak legam

Bintang-bintang menangis

di persimpangan malam

Sementara rembulan retak

di antara titik rinai hujan

yang tak kunjung padam

"Siap(a)kah Kamu?" Dilematis Penerimaan Khalayak

Siap(a)kah Kamu? Dilematis Penerimaan Khalayak

 

Mencoba menemukan diri sendiri,

Mereka bilang, jawablah pertanyaan berikut

Bahagia itu Menular

Senang rasanya melihat seseorang bahagia.

Mereka tertawa, seakan melupakan semua beban berat yang menumpuk di pundaknya.

Senyum yang melingkar di wajahnya, disadari maupun tidak, berdampak dengan orang di sekililingnya.

Karena itu, aku senang membahagiaakan orang lain.

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler