Skip to Content

puisi kritik sosial politik

Potret Negeri

pulau dan kota baru, hadir

memaksakan sebuah takdir

kalian memang sungguh pandir

atau rakyat yang tak pandai mikir?

 

Sebuah Tanya

mereka mati setelah kalian siksa

bahkan tak sedikit yang diperkosa

sedikitpun kalian tak merasa berdosa

bahkan merasa yang paling perkasa

 

STANDAR GANDA

Tanganmu mendua

bibit angin dan kepentingan di belakang punggungmu

 

Lidahmu bercabang

kata-katamu bagai pisau bermata dua

 

ANGIN MEMILIH

Kau harus dengarkan laguku

lagu tentang kesejukan angin di pedesaan

 

Kesejukan hati kami para petani

menatap sawah yang luas membentang dan padi menguning

UNTUKMU WAKIL RAKYAT

Nestapa kenapa kau datang lagi

langit jakarta masih memerah

bara kata-katamu masih membara

hiruk-pikuk suaramu belum sirna

luka-luka belum sembuh sempurna

PERANGAI ANGIN

Angin adalah penguasa dunia bermahkotakan buih lautan

Kekuasaannya sangat luas meliputi sebulatan bumi

Mengatur daratan dan lautan, mengatur awan

 

BERHARAP PADA AWAN

Matahari selalu bergerak pasti

Patuh berjalan di garis edarnya

Tiada keraguan terhadap langkah-langkahnya

 

Adalah angin yang bergerak sesukanya

Menarilah Sepuasmu

Wahai badut-badut penari topeng

Menarilah sepuasmu, lampiaskan nafsumu

Menarilah dalam alunan suara gendangmu

Menarilah engkau hingga kehabisan malammu

 

KACA MATA KUDA

Dengan mengenakan kacamata kuda

Kau hanya memandang lurus ke depan

Memandang jalan keinginanmu

 

Ketika kau rasakan ketidak-adilan 

MAKNA MERDEKA

Merdeka!

Kita sudah tak dijajah oleh Belanda dan Jepang

Kita sudah tak dijajah oleh bangsa mana pun

 

Merdeka!

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler