Skip to Content

Puisi Omahasu

MEMBACA JEJAK

Membaca jejak: tahun-tahun 

RANTAS

Malam ini tak ada yang lebih buncah

PAWANG MIMPI

Kau yang datang mengaku pawang mimpi

Kau yang mengusung dendam berjubah perduli

Untuk apa terus sesalkan hari esok kami?

Mengutuk hakim-hakim tua itu dengan api

PICISAN

Apalah pelukku dibanding rebahmu di dadaku

Apalah usapku dibanding rambutmu menyisir jariku

Apalah niat kecupku dibanding bibirmu menyambutku

KUPU-KUPU ITU KAMU

Kupu-kupu itu kamu

dalam terkelupasnya dinding kertas.

Dalam lamat nada minor yang getas,

dalam api yang berulang dalam

seperempat gelas.

 

MENGAPA KITA BEGITU KERAS KEPALA?

MENGAPA KITA BEGITU KERAS KEPALA

AKU BELAJAR DARIMU

Aku belajar darimu

untuk melepas layu

dari mati

 

Aku belajar darimu

untuk melepas waktu

dari sunyi

 

SEBALIK JENDELA

Mendung dan seketika

rumah ini mendingin sebelum waktunya

Kita rebahkan senja di atas sofa

di depan tungku, diam menunggu lampu

menyalakan cemburu

 

MIMPI GOA CEMARA

Satu senja aku akan membawamu ke sana

Berjalan diikuti ketam yang mencatat jejak kita di pasir hitam

Memetik setiap mimpi yang dibawa matahari tenggelam

HUJAN ADALAH LAGU

(1)

Hujan adalah lagu

Pada celah-celah batu

 

(2)

Kehidupan dimulai setelah titik air pertama

Yang jatuh membuka pejam kelopak mata

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler