Langit yang patah, mentari dirubung awan, kuyup sekujur tubuhku
terasa perih, luka sembilu di tapak kaki, senjaku pincang tertatih
Cindai terindah
Iman lekat di hati
Cahaya wajah
Sepenggal do’a terlontar di kesunyian malam
kutatap dinding-dinding membatu, jendela berembun
Kesiur angin melintasi bebukitan sejuk di pegunungan yang luas
padang rumput, bebatuan kaku menatap langit, dan pepohonan
Di ufuk barat, wajah hari merah padam
menahan malu dikalahkan Sang waktu
Panggilan Tuhan melengking
menyentil telinga musafir kolong langit
Oleh : Annie Zulaikha
Sejenak rehatkan wajahmu, atau jiwamu
Telah kubangunkan fajarkubentangkan mataharidari ufuk timur hingga ke barattak satupun yang tak Kusinari
Semenjak petang menjelang dia datang
Tidak langit, tidak juga bintang-bintang
Hanya bumi tempat kau berpijak
Tempat kau berpikir menjalani kehidupan
Bukankah malam berkata dingin
Memuncakan raga sembari lara
Bukankah ruang tergeletak angin
Mengajak jiwa berburu asa
Di sudut kota aku tertawa
Komentar Terbaru