kekasih, sunyi ini mengantarkan rindu sebab hatiku masih sibuk merasakan debar yang kau sisakan malam tadi aku ingin mengulangnya kembali
Apakah kau pernah merindukanku? Setiap pagi tiba, selalu kulihat mendung yang menghitung Entah sudah berapa ucapan selamat pagi yang kita lewatkan
Zi, bukan malam yang membuat matamu menjadi sembab
bukan pula hujan yag meninggalkan jejak di ujung mata
ketika musim menanggalkan kemarau diantara kelopak mawar yang gugur
Aku menangisi hatimu
Dengan debu
Di sudut kamar
Hatimu yang bias
Sebias kabut
Mungkin aku bisa hanyut
Ke dalam ombak yang selalu bergerak di samudra
Di samudra yang selalu bergelora, katamu
Ah, samudra itu
Lalu kita akan menjadi tua
Yang mengingat waktu saat kita pernah saling mencintai dulu, dan
Ah, betapa pagi seperti baru saja menyelinap depan rumah kita
bahkan tak ada yang lebih luka
selain sajak-sajak yang berpendar di mata
hingga basah
pasrah
dan kau, si hati
hanya sebatas diam
aku tak cukup berani
mencintai sajak-sajak lalu-mu
atau sekedar membaca separuh huruf capital di baris pertamamu
apakah kau tahu, aku seperti mati berkali-kali
Komentar Terbaru