Skip to Content

puisi sedih

Lupa

Tuhan, akalku terbatas

Tapi hamba kerap merasa cerdas

Kala lelah menghadapi masalah

Kadang bertanya, kenapa aku ada

 

Aku lupa, daya ingatku

Dalam Diam

Aku memilih bersikap biasa

Sedemikian datar di tengah kesal

Bukan berarti tak tahu apa-apa

Tapi aku percaya ada Rabb Sang Maha

 

Semua Berlalu

 

Basah tangismu hari ini

Tak selamanya gerimis

Menderas, kemudian reda

Memeluk suara cinta

 

Jika bukan dirimu 

CELAKA

Celaka

Pura-pura aku dipuja

Layaknya benda berharga tak bernyawa

Karena mata-mata itu melihatku berbeda

Hmmmmmm

Ya, aku lahir dari putrakrama yadnya

Ketika tubuhku di Ranjang

Ketika tubuhku di ranjang

Kau datang sebagai dingin 

Dan angin yang kadang kadang tenang dalam kenangan

Ketika tubuhku diranjang 

Telah Datang Senja

Telah datang sang senja menjemputku

Dengan kereta kencananya dia kemari

Daun yang gugur dan dahan yang menari nari

Mengiringi perjalananku kali ini

Kau memilih diam

Ku simbak malam berbalut kelam,,
Saat bayang tak mampu ku genggam,
Saat penantian hanya bungkam...

"AKHIRNYA KAU MEMILIH DIAM"

Pesat saut kilat membelah lautan

Papan Bunga di Penghujung Ramadhan

Tak kuasa diri ini menyangkal takdir

Hanya seonggok badan...

Hanya seorang hamba...

Meja Tak Bertuan

Waktu itu aku berlari kencang demi tujuanku

Tiada pamer dan menjadi juara

Tiada kompetisi tiada dendam

Ada tujuan yang ingin aku peluk,

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler