Berawal darimana manusia
Jika bukan atas kehendak-Nya
Dan hasil rayuan cinta manusia
Berawal darimana nafas
Jika bukan atas ijin-Nya
Si Tun memaki takdirnya
Dengan sebatang rokok
Menggerogoti Desah nafasnya
Jemarinya menari perlahan...
Merasa tersisih....
Sementara di bawah sana
Buta Laku yang Bangsa Berharap
Tenggut
Kenang tindas akan selaksa tragedi
Kecil berkembang menggunung, tak wajar di logika
Api dalam bara
bara dalam api
Bumi yang berlapik tilam asap
Merendai hari-hari dengan kabut jelaga
Hingga lupa memandang ruas wajahnya
hanya bayangan sendiri yang dapat disapa
Engkau terlalu menawan, di atas awan banyak lawan
Gedung dan gubukmu, mencium langit masih saja meratap tangis
Di jalan- jalan, seliweran meriuh iblis saling menggentayangi
Perih debu jalanan
Menyapa matanya setiap hari
Panas tak tertahan
Membakar semangat dalam diri
Kaki kurus dan lusuh
Setelah reda
mereka menengadah melantunkan nostalgia
menghidupkan yang telah tiada
mereka gemetar;
tentang masa
tentang waktu
Idealisme Muka Dua
(kumuflase dimensi pikir dalam khotbah dan syair-syair petani berkursi)
ingin juga kurasakan laju angin
ini pagi sibuk sekali
pengawas itu akan segera tiba
Komentar Terbaru