Skip to Content

puisi sufistik

MALAM SERIBU BULAN

Kaukah itu

Yang menyapa?

 

Kerlip bintang

Di terang cahya

 

Awan putih

Di cerah mega

 

Meski mendamba

RAMADHAN

Seperti sudahsudah

Ramadhan berlalu begitu saja

Seribu rasa di detik jam hari dan malammu

Hanya penghilang lapardahaga

 

Telah kudengar khutbah Nabi

Bulan Aku Ampun

Sunyi lebur di teduh
Direngkuh bulan wulan
Merindu sungguh
Keribaan mengalir penuh ampunan

Beriak kata tersesat terangkai
Ini teriak tubuh di kolam keruh
Aku rindu ramadhan penuh

Keberadaan Tuhan

Dari penjuru manapun
Dari Atas langit ke tujuh hingga dasar bumi
Bahkan tempat yang tak kasat mata
Keberadaan Tuhan itu sampai meliputi segalanya

ANGANKU

Anganku berjalan jauh merasuki kesibukan di bulan suci ramadhan

menggali makna penggemblengan jiwa rohaniah didalamnya

RAWA-RAWA SUNYI

Aku terdampar di rawa-rawa sunyi tak berpenghuni

dimana kesunyiannya tak lagi mengalunkan ombak resah

sejauh mata memandang terlihat rerumputan menghijau

MISTERI CINTA

O mawar, tajam duri-durimu

terluka sungguh terluka jiwaku

lihatlah yang tergenang, darahku

bagai api menyala ia membakar

 

LANGIT KEBEBASAN

Kulepas segumpal resah ke udara langit kebebasanku

sembari bersandar pada dinding malam yang membeku

dihadapan wajah rembulan kubiarkan khayal berlalu

CINTA DALAM HIDUPMU

 

Bila cinta itu melukaimu

maka patahkan duri-durinya

niscaya ia akan bertanya:

"siapa yang akan ia cintai?"

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler