Skip to Content

puisi sunyi

Tak Aku Dicumbu Cinta

Kuntum melambai
Tarik cahya mentari
Syair cinta mulai bersemi

Karna senang kupetik saja
Cukup mudah, hanya rapuh
Namun riang sehari

Di balik cumbu
Ada hati

Aksaraku Cinta

kupejamkan mata ini
Sudah terlalu
Untuk sebuah hiruk-pikuk cinta
Terlalu getir untuk kuraba

Aksaraku cinta
Terkungkung ditekuk rindu
Terlalu mudah ditangisi
Tersedu-sedu

Sekarat Cinta

Rindu itu
Aku yang mengejanya

Ku tulis di temaram kala itu
Ketika sunyi membaca tuannya
Terbaca lirih dimabuk kepayang

Aku juga ingin dibaca oleh sunyi
Biar juga kepayang

Senja Cinta

Aku tlah senja cinta
Berkecambuk nafsu
Tergores di tubuh ini
Sayatan-sayatan rindu

Kalau aku bukan pujangga
Tak bisakah melati putih
Ku kecup tanpa duri

Aku tlah senja cinta

Romans Temporer

Untuk anda, tuan cinta... ini halaman baru
Setangkup kuncup hati pada romansa madu
Lentik kenangan cinta... terbang dari buku
Tertulis di temaram kala itu

Kenalkan pahit cinta pada temanmu

Lamunan

Peluh ini ku sepih
Bersih cuma sebutir lelah
Sampai gelisah sepah

Sementara sunyi
Tak mau pergi

Lamunan ini bagai payung
Seperti nalar yang mengapung

Aku Tersenyum Genit

Kerlingan ini tlah sampai pada keindahan
Ke hulu selalu mata ini
Tiada rakit kuhanyutkan saja rasa ini
Cinta...

Dicumbu asmara aku ini
Asmara yang berenang senang

Aku Menangis Genit

Kerlingan mataku merayu senang ke hulu
Tanpa rakit terapung pun hanyut
Kalut

Tak juga berhenti sedih ku
Sedih yg berenang senang
Kelabu

Kopi Malam

Syair-syair membungkus duniaku
Malam belum jadi suluh
Sebentar kau tunggu
Mentari esuk pagi
Aku lemparkan kepadamu

Pada rembulan malam ini kusisakan cahaya teduh, usapkan saja pada wajah

Daun-daun Puisi

Bunga itu tak selalu bentuknya
Ketika pena peluh pekat
Berleleran di putih kertas
Sebutlah puisi
Adalah bunga-bunga jiwa

Dedaunan hidup hijau-hijau
Tapi akar hitam terlalu pekat

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler