Skip to Content

Puisi tutur

DUNIA TANPA ADEGAN

 

(Duka Sophocles)

 

Di panggung redup

Sophocles menangkup

mata berurai darah

Bayang Plato jengah

Inti

"Untuk L"

 

Sajak-sajak Akhir Tahun

Sungguh!

dalam telaga teduh matamu
aku masih mencari senyum ibuku


Sumpah!

kelesuan itu menjadi asap meliukliuk gelisah di kaki kursi di cengkeram gelap.

Rumput Liar

Rumput Liar

Serumpun rerumput liar
menjalari trotoar makassar
mencoba menantang kemarau
mencoba tepiskan hingar.

Terus menjalar
jalani takdir.

Makassarku Sayang


1
Pagi


Ada rindu pada mendung yang terpinggirkan beringas metropolitan,

mengawal debu pagi beterbangan menujah matahari

LARUNG

berlompatan,
aksara menyudu angin
suara-suara enggan bicara

wajahmu serenta hadir
mengeja rasa
tanpa tetapi

senandung silam
perlahan mengajak

Pada Sebuah Dermaga Seusai Hujan


usai seruntun hujan
masih menyisakan dingin
kebekuan dermaga tua

tak ada angin di sini
juga kau

hanya lumut
menghitami bangkai kapal

Menugur Bulan

saat dahan dan ranting dilangkah senja
hujan tak henti mengguyur gelap malam.
bulan tersiak dalam kelam
cahayanya kian tumbang
jatuh di penubungan.

setiba dipersimpangan

Bulan Tak Lagi Tertusuk Ilalang

malam selingkuh, ilalang telah rapuh
sedang usia masih saja terus bertaruh
di rindu yang tak selalu bisa dengan leluasa kita asuh
bahtera sunyi menyeret segenap kenangan berlabuh

ARCA

Coba berkata pada kaca

pantulkan aksara.

 

Wajah masih saja

kubawa.

 

Hanya saja

;semakin arca.

 

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler