Ada kala kau tidak ada
Ketika aku ingin ada dalam pelukanmu
Saat aku tergugu derunya tangis
Waktu aku menggigil takut di magisnya malam
Penyair mati ketika sajaknya hanya sampah
Sewaktu mahkota kepala meminta tumpah ruah
Dengan semua keAkuan diatas logika membumi
Pahit diujung cangkir kopi
Menyesakkan raba rasa lidah
Pahit asam kau disana, panas
Bakar semua nadi dan darah
Aku tak mau menyesap manis
Kata hatimu,
Rindu itu seperti angin
Datang semilir sesekali
Kerap membawa musibah
Kata cintamu,
Rindu itu sepahit kopi
Kita
Dua kepala penyuka permainan takdir
Mencibir rasa suka dengan lalu lalangnya waktu
Terkadang ada. kerap kali tak pernah bersenyawa
Kusimpan kilau emasmu disaku celana
Bersembunyilah disana,
Jangan dulu kau ikuti gairahku malam ini
Ku ingat kau sebentar dalam akad kata
Kesekian kali,
Aku mengingatmu dalam perih
Melamunkan lelah luluh keringatmu
Pejuang tanpa dosa yang kutinggalkan
Tiap kepingmu adalah dosaku
Surtinah meraung-raung dibawah kakimu
"Jangan tinggalkan aku dan anak-anak buah keperkasaanmu,"
Kakimu menjejak matanya yang terus meretas airmata
Berderak-derak kian kemari
Bergerak terus selalu berlari
Ujung sejenak bertemu pangkal sesekali
Untaian awal dan akhir masih juga belum bertemu kembali
Mungkin dia mati Tergulung mulut bisunya Jadi mayat tanpa nama Lalu dihujati serapah dari segala arah Mungkin juga dia hanya sekarat Tertusuk sendiri oleh cinta
Komentar Terbaru