Skip to Content

Puisi Yayag YP

TAKSA

Ada kala kau tidak ada

Ketika aku ingin ada dalam pelukanmu

Saat aku tergugu derunya tangis

Waktu aku menggigil takut di magisnya malam

 

SAJAK PENYAIR MATI

Penyair mati ketika sajaknya hanya sampah

Sewaktu mahkota kepala meminta tumpah ruah

Dengan semua keAkuan diatas logika membumi

CUMBUAN KOPI PAGI DAN BELATI

Pahit diujung cangkir kopi

Menyesakkan raba rasa lidah

Pahit asam kau disana, panas

Bakar semua nadi dan darah

Aku tak mau menyesap manis

MELUPA RINDU

Kata hatimu,

Rindu itu seperti angin

Datang semilir sesekali

Kerap membawa musibah

 

Kata cintamu,

Rindu itu sepahit kopi

PUZZLE

Kita

Dua kepala penyuka permainan takdir

Mencibir rasa suka dengan lalu lalangnya waktu

Terkadang ada. kerap kali tak pernah bersenyawa

CINCIN KAWIN

Kusimpan kilau emasmu disaku celana

Bersembunyilah disana,

Jangan dulu kau ikuti gairahku malam ini

Ku ingat kau sebentar dalam akad kata

DOSAKU PADAMU TAK PERNAH HABIS

Kesekian kali,

Aku mengingatmu dalam perih

Melamunkan lelah luluh keringatmu

Pejuang tanpa dosa yang kutinggalkan

 

Tiap kepingmu adalah dosaku

SURAT HATI SURTINAH

Surtinah meraung-raung dibawah kakimu

"Jangan tinggalkan aku dan anak-anak buah keperkasaanmu,"

Kakimu menjejak matanya yang terus meretas airmata

SIKLUS

Berderak-derak kian kemari

Bergerak terus selalu berlari

Ujung sejenak bertemu pangkal sesekali

Untaian awal dan akhir masih juga belum bertemu kembali

SENINKU HILANG

Mungkin dia mati
Tergulung mulut bisunya
Jadi mayat tanpa nama
Lalu dihujati serapah dari segala arah

Mungkin juga dia hanya sekarat
Tertusuk sendiri oleh cinta

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler