Skip to Content

Sastra

REGENERASI SASTRA DALAM REALITAS YANG BERUBAH

Oleh: Primadita Herdiani* (dalam Riau Pos, 8 Des 2013)

 

BISAKAH kita merumuskan pola regenerasi yang terus berjalan dalam sastra: bagaimana sastra diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, bagaimana pola pendidikan selama ini; ataukah, dalam sastra kita, seorang memang lahir dan tumbuh dengan sendirinya tanpa, secara aktif, mewarisi jagad sastra sebelumnya.

MENERAWANG NASIB SASTRA INDONESIA

Oleh: DEN RASYIDI *

 

Di Indonesia nasib sastra miris dan nyaris mati, bahkan sastrawan sulit untuk dihormati. Padahal, jauh di Negeri Persia, sastrawan satu tingkat di bawah Ilahi, karya-karyanya satu tingkat di bawah Alquran.

SASTRA “VERSI IKLAN KECAP” INDONESIA *

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

“Nun, demi kalam (pena) dan apa yang mereka tuliskan.” [QS. al Qalam (68) ayat 1].

Judul makalah ini mengambil olok-olokkannya kritikus Dami N. Toda kepada A. Teeuw dalam esainya “Mempertanyakan Sastra Itu Kembali” di bukunya “Apakah Sastra?” Cetakan Pertama, IndonesiaTera 2005. Yang juga ‘versi iklan kecap’ menurut saya!

FREDY S, POLITIK, DAN KITA

Oleh: F. Daus AR

 

LEBARAN DAN TUHAN DALAM KERAMAIAN

Oleh: ACEP IWAN SAIDI *

Kompas 27/08/2011

 

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/6)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(VI)

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/5)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(V)

Nurel: “Pak Yamin, ini Bapak Ki Hadjar Dewantara pengen nimbrung juga, boleh kan?”

M. Yamin: “O… Mas Dewantara, persilahkan masuk Nurel. Di sini kita mengalir saja.”

Nurel: “Ya Bapak.”

(Lalu mereka ngobrol berdua).

Dewantara: “Assalamualaikum”

M. Yamin: “Waalaikumsalam”

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/4)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(IV)

M. Yamin: “Ambilkan pengertian Sumpah Palapa lebih dulu di Wikipedia, sebelum larut berkelana.”

MEMBONGKAR MITOS KESUSASTRAAN INDONESIA (BAGIAN 24/3)

Oleh: Nurel Javissyarqi

 

(III)

M. Yamin: “Nurel, kenapa kau tak ambil kalimat dari buku-bukuku, biar agak gimana gitu? Hehe…”

Nurel: “Pengennya, tetapi buku-buku Bapak berada di Lamongan, sementara saya masih di Ponorogo. Ya semoga sebelum rampung catatan ini, bisa pulang terlebih dulu ke kampung halaman.”

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler