Skip to Content

KADO PUISI TERAKHIR UNTUKMU

Foto celvin ramadhan

HUJAN, MALAM, JATUH


/1/

Hujan jatuh malam ini, menimpa atap-atap rumah, dedaunan, bebatuan, tanah, dan segala yang memang mesti ditimpanya ketika jatuh. Malam menadahkan tangannya untuk menampung hujan yang juga jatuh menimpanya, tapi semua yang jatuh belum tentu dapat ditampung malam meskipun ia dengan setia menadahkan tangannya yang terang seperti bintang.

/2/

Aku melupakanmu ketika hujan jatuh malam ini di kota ini. ‘Melupakanmu’ adalah sebuah kata yang baik untuk terus mengenangmu. Melupakanmu’ berarti tidak lagi menyatakanmu atau menempatkanmu dalam sebuah pemahaman, di antara liuk-lekuk hati, keadaan pikiran dan labirin jiwa yang rumit. Hujan yang jatuh tidak pernah tahu bahwa aku sudah melupakanmu. Hujan terus-menerus jatuh karena hanya dengan jatuh ia dapat kembali menjadi hujan.

/3/

Melupakanmu tidak seperti menjatuhkan hujan ke lubuk hati, meskipun langit yang mendung tepat menggantung di atas lubuk. Tidak seperti mengumpulkan awan dan angin atau menciptakan gerimis syahdu yang ditiupkan ke atas hijau pohon-pohon. Melupakanmu tidak seperti menciptakan pemahaman sungai agar ia sabar menelusuri jalan yang telah ditempuh segala aliran yang lahir sebelumnya. Sungai yang mengalir tidak bermuara di bibirmu, karena aku melupakanmu. Juga tidak bermuara di hatimu, karena aku juga melupakanmu.

/4/

Melupakanmu tidak seperti menciptakan ‘malam’ setelah kata ‘ketika’, karena malam justru lebih senang mengenakan jubahnya yang terang sambil mengelabui kita dengan kelam yang membentang. Karena malam justru lebih senang mengawasi hujan yang dalam tidur pun senantiasa terjaga. Karena malam pun senang jatuh bersama hujan, mengalir dan bermuara di suatu tempat yang bukan bibirmu juga bukan hatimu

/5/

Melupakanmu tidak seperti melesapkan hujan ke dalam ‘jatuh’, karena betapa pandai sekarang hujan mengalir, menggelinding, bahkan melenting dari sebuah keadaan ke keadaan yang lain. Melupakanmu tidak seperti mengawasi kesedihan yang berjaga dan kegembiraan yang berdiang menumpas dingin lahir dari hujan yang bosan ‘jatuh’.

/6/

Jadi seperti apa rasanya jatuh? Ya, seperti mencintaimu. Karena ‘melupakanmu’ adalah tidak melupakanmu. Karena ‘melupakanmu’ adalah memelihara kenanganmu di dalam ingatan. Karena melupakanmu, aku mengingatmu. Melupakanmu adalah membubuhkan tanda titik di akhir kalimat majemuk ini sebelum aku menciptakan lagi sejumlah perbandingan tentang ‘melupakanmu’ yang justru semakin jelas menyatakan bahwa aku masih sangat mengingatmu.

 

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler