Skip to Content

Syaiful Alim: Belajar Laku Sufi pada Puisi 'tajali cinta' Last Coccaine

Foto infernalkiss

Teks Puisi : tajali cinta

 

Kala cinta yang tapa, memahami jarak di jungkir tasawuf, waktu jadi batu.

Hanya risau rasa percaya tumbuh di selisik ilalang fikiran yang buntu


Ah, getah rindu yang syahdu, merekat di kedalaman kalbu

Sendiri, menjunam juntai di sembab bulan berwudu tempias butir embun malam.


Kekasih, Tuhan tak alakadarnya bikin cinta

Bahkan sekedar renyah ucap seiya-sekata dalam kandungnya

Sufi pun menjadi jenawi yang menghunus pada logika, ketika rasa itu membuka medan di wilayah ruh ilafi.


Jadi, sayang

Jangan asal sesal, hingga semua jadi bangsal.

Jangan luka menjadi batas dalam do'a yang tak tuntas.

Jangan esok kau ragu ketika seratus janji melagu.


Tak kau dengar senandung sungai di panasnya kemarau.

"Adakah, kesabaran yang tak di jawab-Nya?"

"Kasih Dia akan mengantakan harap melalui perguliran musim dan mengembalikanku pada fitrahnya".


last coccaine

bandung, 2009

 

Kajian Puisi: belajar laku sufi pada puisi 'tajali cinta' last cocaine

 

I

Sebenarnya saya tak layak atau belum layak menelaah ataupun membedah teks yang beraroma ruang dalam manusia, hati (qalbu). Dalam hal ini dipayungi oleh tasawuf. Maqom (derajat) saya masih hewani. Melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan didasari atas nafsu bukan hati.

Sejak kecil saya belajar agama di pesantren, tapi sampai kini saya masih merasakan kegersangan spiritual. Jiwa saya hanya menjamah wilayah eksoterik dari ajaran-ajaran agama (islam). Apa yang saya kunyah hanya kulit, belum menggapai inti langit penghambaan.

Saya menyembah tuhan hanya menginginkan surga dan menjauhi laranganNya karena takut api neraka. Padahal penghambaan sebenarnya yang dimaui oleh tuhan adalah penghambaan yang murni tanpa tendensi. Surga dan neraka sekadar sebagai pengingat (tadzkir), bukan sebagai tujuan akhir (al-ghoyatul al-akhiroh).

Dosa-dosa saya sudah mengakar dan menjalar di detak jantung dan denyut nadi. Nafasku nafas dosa. Detakku detak dosa. Denyutku denyut dosa. Ya tuhan, masihkah kau terima aku ini sebagai hamba?

Mungkin di titik nadir ini saya bisa direstui oleh tuhan untuk membedah puisi 'tajali cinta' karya penyair Last Coccaine.

Saya bisa melakukan ritual ruhani (tajribah ruhiyah) dan penyucian hati (tadzkiyatun nafs) seusai menguliti puisi 'tajali cinta' ini. Semoga. Amen 99 x.

 

II

Membaca puisi ini, saya dibawa pada sosok-sosok ahlus sufi seperti al-hallaj, rumi, ibnu arobi, al-bustami, al-junaidi, al-qusyairi, an-nifari, musthofa al-bakri, ibnu 'athaillah, dan rabiah al-adawiyah.

Sampai sekarang saya masih terkenang oleh genang kitab 'al-hikam (samudera hikmah)' karya Ibnu 'Athaillah. Kitab ini pertama kali saya pelajari di pesantren. Kitab ini adalah kitab wajib bagi santri-santri yang sudah bisa membaca kitab gundul (kitab kuning). Kitab ini selalu saya bawa dalam rihlah tolabul ilmi (perjalanan mencari ilmu) di berbagai kendi-kendi ilmu agama, termasuk kini di Sudan.

Kenangan itu makin melekat karena kitab al-hikam itu adalah hadiah dari seorang perempuan. Perempuan itu adalah kekasih pertama saya meski saya tidak memilikinya. Dia dinikahi oleh putra kiai dari Jombang-Jawa Timur. Cintaku terbentur tembok pemisah. Saya santri dan dia putri kiai.

: kenapa cinta serupa dengan derita?

 

Ada beberapa bait syair kitab al-hikam yang masih basah dalam ingatan saya. Syair itu berbahasa arab, namun akan saya turunkan bahasa indonesianya:

"Bagaimana sebuah hati akan bercahaya,

jika gambar benda-benda masih melekat pada cermin-cerminnya?

Dan bagaimana seseorang akan berjalan menuju Alloh,

sedang ia masih terbelenggu oleh hawa nafsunya?

Dan bagaimana seseorang berkeinginan memasuki hadirat Alloh,

padahal ia masih belum bersuci diri dari kotoran kealpaannya?

Dan bagaimana seseorang akan bisa memahami lika-liku segala rahasia,

sementara ia masih belum bertobat dari dosa-dosanya?"

 

III

Mohon maaf jika kata pengantar saya terlalu lebar dan menjalar ke mana-mana. Telah tiba masanya untuk mencubiti kata-kata dalam larik dan bait puisi 'tajali cinta' karya Last Coccaine.

Apakah yang hendak digali dari judul puisi 'tajali cinta'…? Saya mencoba mengurainya:

Tajali adalah istilah dunia tasawuf. Kata tajali sendiri terbentuk dari mufrodat (kata) bahasa arab yang bermakna penampakan, cerminan, perwujudan, atau manifestasi. Dari kata tajali akan mengalir kata 'tajalliyat' (manifestasi-manifestasi).

Istilah atau ajaran 'tajali' dimotori oleh pemikir dan penyair kebanggaan Islam, yakni Ibnu Arabi. Di dalam kitab 'fushulul hikam (mutiara-mutiara hikmah)', ibnu arabi berkesimpulan, "perempuan adalah tajali tuhan paling sempurna'. Karena di diri perempuan ada dua energi, yaitu energi reseptive (munfa'il) dan energi creatif (fa'il). Jika kita mengarungi kedua energi ini, maka kita akan mendapatkan keyakinan (al-ma'rifah al-yaqiniyyah) dan ilmu rasa (al-ma'rifah al-dzauqiyah).

Konsep tajalliyat ini didasari oleh sebuah ayat al-Quran yang berbunyi, "ke mana pun kamu menghadap, di situlah wajah Alloh" (QS 2; 115).

Kemudian kata 'tajali' disandingkan dengan kata 'cinta'. Cinta (hubb atau mahabbah) adalah inti ajaran tasawuf. Laku sufi adalah cinta. Cinta menjadi matahari penggerak setiap langkah. Guru para sufi, al-hallaj, bersenandung dalam kitab 'tha-sin al-azal' (tha-sin kekekalan):

"Cinta telah menancap di kalbuku

Dengan gambar dan cap rindu

Dan pupuslah dariku

Penyaksian akan diriku

Dari dekat itu

Sampai aku lupa namaku"

 

Ibnu arabi berujar dalam kitab 'turjamul asywaq' (pemandu rindu), "faddinu diini, wa imani ai ma samma diinun a'la min diinin qooma 'alal mahabbah was syauqi"

Artinya:

"agama itu (islam), agama dan imanku. Tidak ada di manapun agama, setinggi agama yang dibangun atas cinta dan kerinduan".

 

Jadi, beragamalah cinta, jangan beragama dogma belaka.

 

"Kala cinta yang tapa, memahami jarak di jungkir tasawuf, waktu jadi batu.

Hanya risau rasa percaya tumbuh di selisik ilalang fikiran yang buntu"

 

Sungguh bait pembuka yang gemilang. Dari bait ini saja saya bisa membedah berlembar-lembar. Ada keywords yang menjadi 'tanah pijak' menuju puncak pemaknaan, yaitu kata 'tapa' dan 'tasawuf'.

Adalah pemikir muslim modern Fazlur Rahman mengatakan bahwa permulaan gerakan sufi berhubungan dengan suatu kelompok Muslim yang suka melakukan pertapaan. Bisa disebut dengan 'uzlah', menjauh dari hiruk pikuk dunia. Dan ritual uzlah pernah dilakukan oleh nabi Muhammad Saw ketika proses menerima wahyu pertama di gua hira.

Tasawuf? Istilah ini tidak kita temukan dalam al-quran dan hadis nabi. Istilah zuhd dan wara' lebih masyhur di zaman nabi muhammad, sahabat dan tabiin. Dan memang asal-usul kata tasawuf diperdebatkan oleh para pemikir sampai kini. Dengan berbekal kitab-kitab tasawuf, saya akan mencoba memetakan asal-usul kata tasawuf:

  1. ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata 'shofa' yang berarti jernih
  2. dari kata 'shofwah' yang bermakna orang-orang terpilih
  3. dari kata 'shaf' yaitu baris atau deretan
  4. dari kata 'shuffa' yang berarti serambi sederhana yang terbuat dari tanah dengan bangunan sedikit tinggi
  5. ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata 'shuf', yang berarti bulu domba. Kemudian ditambahkan pada kata 'shuf' itu huruf ya' nisbah, sehingga menjadi 'shufiy'. Shufi dinisbatkan kepada orang-orang yang memakai baju dari bahan bulu domba yang kasar.
  6. ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata 'ahlu ash-shufah'. Ahlus shufah adalah segerombol sahabat nabi yang hijrah ke madinah.

 

Apapun akar katanya, yang pasti tasawuf menunjuk pada makna orang-orang yang berlatih dengan pengetahuan esoteris.

Jadi, inti kajian tasawuf adalah hati.

 

Saya meloncat ke bait terahir puisi ini, karena di bait inilah terangkum segala tirai ilahi dan nyeri sufi:

Tak kau dengar senandung sungai di panasnya kemarau.

"Adakah, kesabaran yang tak di jawab-Nya?"

"Kasih Dia akan mengantakan harap melalui perguliran musim dan mengembalikanku pada fitrahnya".

 

Dari bait ini saya akan berbicara tentang proses menjadi sufi (al-a'mal as-shufiyah) dan maqomaatus shufi (derajat atau pangkat kesufian).

Sebelum menjadi seorang sufi sejati, maka manusia harus melewati beberapa proses:

  1. muhasabah: sebuah sikap secara kontinyu (dawam) untuk mengintropeksi diri. Hasil dari proses ini adalah sikap mawas diri.
  2. mu'atabah: sebuah sikap menganggap diri selalu merasa bersalah. Buah dari sikap ini adalah sikap rendah hati. Sikap rendah hati akan membawa kesejukan di dunia, karena diri tidak merasa paling suci, merasa paling benar sendiri dan gemar menghakimi perilaku orang lain yang tidak sejalan.
  3. muraqabah: sebuah sikap pengawasan terhadap risau hati. Buah dari ini adalah kecendrungan untuk berpikir positif (khusnudzon atau positive thingking) terhadap gejolak dan gerak orang lain.

 

Jika tahapan proses di atas dilalui dengan sukses, maka maqomat akan tersemat di jiwa. Maqomat itu menunjukkan sejauh mana ia telah menginternalisasikan dalam diri dan langkah perbuatan:

  1. maqom taubat
  2. maqom wara'
  3. maqom zuhud
  4. maqom faqr
  5. maqom sabar
  6. maqom tawakal
  7. maqom ridha dan syukur

 

Dari ketujuh maqomat di atas, maqom sabarlah yang tertinggi, seperti apa yang tersirat dan tersurat pada bait terahir puisi 'tajali cinta' karya Last Coccaine ini:

Tak kau dengar senandung sungai di panasnya kemarau.

"Adakah, kesabaran yang tak di jawab-Nya?"

"Kasih Dia akan mengantakan harap melalui perguliran musim dan mengembalikanku pada fitrahnya".

 

Tuhan dalam al-quran berfirman, "sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". (QS. Az-Zumar 39: 10).

Bagi kaum sufi, musibah adalah wasilah (jalan) menuju muara tuhan. Tanpa musibah, seorang manusia hanya berfoya-foya menghamburkan harta dan waktu untuk menyembah berhala-berhala dunia.

 

: sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan (inna ma'al usri yusro)

 

IV

Ya cukup sekian tafsir saya atas sajak gemilang karya Penyair Last Coccaine ini. Terima kasih atas puisi yang menundukkan kepala dan merundukkan dada untuk menjadi sufi. Mohon maaf atas ketumpulan pisau bedahku yang tanpa birahi.

 

Syaiful Alim

Sufi Puisi

Komentar

Foto novan eko

.

belum bisa ungkapkan
cuma melotot dan tegang
aku suka
aku ingin cinta ini menjadi cinta agama
bukan karena perintah atau dipaksa
bukan juga karena surga atau neraka
karena aku miliknya

tanyaku bisakah aku manusia seperti itu?

Foto juang mardhika amin

oh...bangsa adam hidupmu

oh...bangsa adam
hidupmu menurut hukum kodrat
bahwa manusia tak kan bisa lepas dari dunia
namun jika memang engkau ingin pergi kesana
maka pergilah..
dan bawalah seikat alasan yang bisa membela dan membenarkanmu
ketahuilah..mereka yang majnun karena mahabbah
adalah mereka yang memutus tali nasab adam
sehinggalah mereka bebas lepas dari tali keduniaan

Foto Beni Guntarman

Ilmu Tasawuf adalah seni....

Ilmu tasawuf adalah seni bagaimana cara memahami ajaran islam, bagaimana cara mengamalkannya dalam keseharian, dan seni bagaimana cara menyampaikan ajaran islam dalam bahasa laku dan lisan....puisi yang bernafaskan sufistik tidak dapat dilepas dari hal ini, makna cinta dalam puisi sufistik memiliki dimensi yang luas, nafsul lawwanah adalah tingkatan cinta yang terendah dan nafsul mutmainah adalah tingkatan cinta yang tertinggi yang didalam diri insan....

Beni Guntarman

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler