Skip to Content

Analisa Tokoh “Lelaki” dalam Naskah Tokek (Vredi Kastam Martha) dengan Perspektif Psikoanalisa Sigmund Freud

Foto Fahmi N Mustaqim

Pengantar

Naskah satu babak ini yang berjudul Tokek karya vredi kastam Martha. Naskah yang dibuat sekitar tahun 70an ini menarik banyak pembaca, dimana dimensi cerita yang dicampur sama mitos. “Tokek” akan menjadi ulasan atau bahan untuk pengajian mata kuliah psikologi 3. Saya sebagai penulis, tertarik karena naskah ini sangat sikologis, mengangkat persoalan sosial, dan kontekstual.
penulisan ini dimaksudkan untuk memudahkan untuk menafsirkan karakteristik dari setiap karakter tokoh, ini juga memudahkan untuk proses penggarapan, dan yang terutama penulisan ini dimaksudkan sebagai bahan tugas mata kuliah Psikologi 3. Saya haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan ini, terutama dosen mata kuliah psikologi yang telah membimbing.

Sinopsis

Sepasang suami istri yang tidak pasti kebenaran sah atau tidaknya sebagai suami istri, karena di penamaan tokoh hanya memakai tokoh “Lelaki” dan “perempuan”, lelaki dan perempuan ini tinggal bersama, secara perekonomian mereka adalah kalangan bawah, si perempuan sedang hamil sembilan bulan, mereka sedang menunggu kelahiran anak pertamanya, setiap ada suara tokek mereka sering saling menjawab laki atau perempuan, dimana itu adalah sebuah harapan apakah anaknya itu yang akan lahir laki-laki atau perempuan, ketika kandungan itu terasa mereka lekas pergi ke rumah sakit naik gerobak sampahnya, diperjalanan mereka selalu mengeluh bagaimana caranya untuk membayar persalinan(sempat berfikir kesana padahal dalam situasi genting), di perempatan jalan mereka tertabrak kendaraan.

Biografi Penulis Naskah: Vredi Kastam Martha

Vredi Kastam Martha adalah seorang Budayawan, Sastrawan, Seniman dan juga pendiri salah sati sekolah menengah pertama serta Univesrsitas Swasta yang ada di sukabumi.
Naskah-naskah Vredi Kastam Martha mempunyai ciri khas dengan pengangkatan masalah Sosial, Kemanusiaan. Seperti Tokek, Syeh siti jenar, Teot-teot dan banyak yang lainnya.

 

Biografi Sigmund freud

Lahir pada tanggal 6 mei 1856 di kota kecil Freiberg, wilayah Moravia. Ayahnya adalah seorang pedagang wool yang punya pikiran maju dan rasa humor yang baik. Ibunya seorang wanita yang aktif merupakan istri kedua bapaknya dengan usia 20 tahun lebih muda. Ibunya melahirkan anak pertama pada usia 21 tahun, yaitu Sigmund. Sigmun punya dua orang saudara seayah yang lebih tua darinya dan 6 saudara kandung. Waktu dia berusia empat atau lima tahun, dia tidak yakin keluarganya pindah ke Wina di mana dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di sana.

Sebagai anak cerdas, dan selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, Sigmund melanjutkan pendidikan ke sekolah kedokteran, salah satu pilihan bergengsi bagi anak-anak Yahudi yang pintar di Wina kala itu. Semasa kuliah, dia terlibat dalam berbagai penelitian di bawah arahan Profesor Fisiologis bernama Ernst Brucke. Brucke meyakini sebuah konsep yang kemudian sangat popular, kalau tidak disebut radikal, sebuah konsep yang kita kenal saat ini dengan reduksionisme: “tidak ada kekuatan lain yang aktif di dalam organisme yang hidup selain kekuatan fisikal-kimiawi.” Selama bertahun-tahun, Freud juga berusaha “mereduksi” kepribadian menjadi neurologi, walaupun dia akhirnya menyerah dengan usahanya ini.

Freud sangat seksama dalam melakukan riset. Focus utamanya adalah neurofisiologi, bahkan dia pernah mencoba menciptakan teknik khusus untuk merangsang sel otak. Brucke juga membantu dia mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya, pertama dengan psikiatris terkenal Charcot di Paris, kemudian dengan lawan Brucke sendiri, Bernheim di Nancy. Kedua ahli ini sama-sama menyelidiki metode hipnotis untuk pengidap hysteria.

Setelah beberapa lama membuat praktik neurologi dan menjadi direktur sebuah taman kanak-kanak di Berlin, Freud kembali ke Wina dan menikah dengan Martha Bernays yang telah bertunangan dengannya beberapa tahun sebelumnya. Disini, dia mulai membuka praktik neuropsikiatri dengan bantuan Joseph Breuer.

Buku-buku dan kuliah Freud membuat dia tersisih dari arus utama kalangan kedokteran waktu itu. Dia hanya memiliki beberapa kolega yang bersimpati padanya yang kemudian menjadi inti dari perkembangan psikoanalitis. Sayangnya, dia punya sifat menolak orang-orang yang tidak sepenuhnya sepakat dengan pendapatnya. Ada yang menganggap ini harus dipisahkan dari prinsip persahabatan yang ia pakai, ada pula yang tidak menganggapnya demikian dan terus bersaing dengannya dalam hal pemikiran.

Freud pindah ke Inggris sesaat sebelum perang ke dua pecah, karena Wina sudah tidak aman lagi bagi orang yahudi, khususnya yang terkenal seperti Freud. Tidak lama setelah itu dia meninggal karena kanker mulut dan rahang yang telah diidapnya selama lebih kurang dari 20 tahun.

Tokoh lelaki dan perempuan dalam perspektif psikoanalisa sighmund freud

Analisa tokoh

  1. Lelaki

Dimensi Fisiologis : sekitar 20-35 th, laki-laki, tegap kurus, paras cukup.
Dimensi Sosiologis : kalangan bawah(miskin), pemulung, tidak mengalami Pendidikan, Introvet, agama Islam, Sunda.
Dimensi Psikologis : -Mentalitas : pesimis.
                                   -Tempramen : tidak kerja keras/malas.
                                   -I.Q. (intelegence Quotient):sedang.

  1. Perempuan
    Dimensi Sosiologis : Kalangan bawah, pemulung, tidak mengalami Pendidikan, Introvet, agama Islam, Sunda.

Dimensi Psikologis : -Mentalitas : pesimis.
                                    -Tempramen : tidak kerja keras/malas.
                                    -I.Q. (intelegence Quotient) :sedang.

 

Teori freud

Psikologi Freudian berititik tolak dari dunia nyata, dunia yang penuh benda-benda. Diantaranya ada objek yang sangat khusus, yaitu organism. Dan kebutuhan mendasar pada organisme itu yang sangat real adalah rasa lapar, haus, menghindari rasa sakit, dan seks. Dan salah satu yang paling penting dalam system organisme adalah system syaraf yang memiliki karakter sangat peka terhadap apa yang di butuhkannya.

System sayaraf yang dimaksud adalah: Id. Tidak realistis. (jrmn, triebe, atau insting atau nafsu) oleh freud ini disebut kebutuhan Primer. System syaraf yang bertugas menerjemahkan kebutuhan organisme menjadi daya motivasional. Dari it (benda) berubah menjadi I (aku) sebagaian id berubah menjadi Ego realistis (aku). Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati. Dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan-keinginan dan nafsu yang dimunculkan oleh Id proses ini disebut Sekunder. Tentang dunia nyata yang menghalangi dan mendukungnya inilah yang kemudian menjadi Super Ego dimana super Ego ini di bagi menjadi dua. Satu Nurani. Dua Ego Ideal bersal dari pujian dan contoh-contoh positif dalam kehidupan orang tersebut. Nurani dan ego ideal mengkomunikasikan syarat-syarat mereka terhadap ego dengan perasaan mereka seperti rasa bangga, rasa malu, dan rasa bersalah. (sejarah psikologi dari masa kelahiran sampai masa modern. Dr. C. George Boree, 2000 hlm: 341-350)

 

Disini akan  di kupas tiap personal akan berbicara tentang persoalan id, ego dan superego. Ketiga elemen yang seharusnya saling mengisi dan mendorong agar kehidupan manusia tetap ada pada kontorol kemanusiaannya. Yang menjadi menarik disini adalah terjadi ketidak seimbangan yang datang dari dalam atau kita sebut harapan, hasrat, keinginan, kerena adanya sesuatu yang seharusnya datang menjadi tidak ada sama sekali. seperti kebahagiaan. Kebahagiaan yang sumbernya dari hal yang sangat realistis seperti terjaminnya hidup oleh makanan pokok atau fasilitas, atau kebahagiaan yang bersumber dari hal yang tidak bisa di bendakan. Seperti janji kedamayan, jujur dan adil oleh agama dan Negara.

Menurut teori kepribadian freud hal ini harus seimbang. Jika tidak maka yang akan terjadi adalah kerusakan system otak kemanusiaan yang nantinya dari tiga elemen itu akan ada yang mendominasi. Dalam kasus naskah ini super ego tidak bisa lagi memberikan sumbangan pemecahan atas kasus ini. Manusia dalam naskah ini cendrung di  dominasi oleh ego yang selalu menuntud Sesutu yang ril yang datang dari luar diri kita. Sementara harapan ego tidak pernah dipenuhi oleh superego karena realitas luar (realitas Negar dan realitas Agama )tidak bisa diandalkan. Hal ini biasanya akan berefek pada seluruh manusia yang ada di lingkungan itu. Terutama kaum miskin. Maka kemudia meledaklah tatanan ego untuk menuntut kenyamanannya. Yang pada realitasnya tuntutan itu juga akan datang kepada dirinya sendiri. Karena masing-masing individu mengajukan tuntutan dan masing-masing tuntutan tidak ada yang bisa menampungnya.

Di naskah ini keberadaan yang  tidak bisa di sesuaikan dengan realitas yang ada. Mereka bingung satu sama lain, mereka berdua hanya bisa mengeluh kesah. Jadi mereka hanya bisa bercanda-canda disela-sela waktunya ini menunjukan id yang mereka sedang lakukan,dimana sistem syaraf insting tantang mati yang mereka ungkapkan,  mungkin distuiasi ini si lelaki mencoba untuk menghibur perempuan. Dialog :

Perempuan : laki!
Lelaki            : oe oe oe oe oe………
Suara tokek
Perempuan : Perempuan!
Lelaki            : oe oe oe oe oe………
Suara tokek
Perempuan : laki!
Lelaki            : oe oe oe oe oe………
Suara tokek
Perempuan : Perempuan!
Lelaki            : oe oe oe oe oe………
Suara tokek

Insting adalah kemampuan untuk mengingat, menerabas, dan menafsir. Ketika perempuan dan si lelaki berdialog seperti di atas, ini memperlihatkan bahwa penerawangan, pertanyaan, dan harapan mereka. Mereka mencoba menebak-nebak apakah anak mereka yang lahir itu perempuan atau laki. Harapan yang tinggi ke optimisan mereka akan kelahiran anaknya memperkecil rasa dan situasi yang lainnya, seperti kemungkinan-kemungkinan yang buruk yang terjadi mereka tidak memperhitungkannya, apalagi masalah sosial seperti dimana mereka akan membawa proses persalinan.

 

Dialog yang memperlihatkan sistem Syaraf Ego berjalan :

perempuan : Dasar laki-laki mau menang sendiri!
lelaki             : (bengong sejenak lalu meledak secara sepontan) dasar perempuan! Dasar!
perempuan: (meledak-ledak) Kalau terus-terusan begini, saya mau bunuh diri! Bunuh diri!
lelaki             : Biasa! Biasa! Gak aneh!
perempuan: Bunuh diri betulan! Betulan sekarang! (exit ke kiri. Suara dari dalam) Mana silet? Mana?
lelaki             : Belum beli!(mau exit ke kanan)
perempuan: (Muncul) Saya mau potong nadi! (pegang pergelangan tangan) biar mati pelan-pelan di   saksikan kau, hayo! Mana siletnya?
lelaki             : (mau pergi)
Perempuan:Ngeloyor kemana kau? Kemana?
lelaki            :mau nganjuk silet!
perempuan: Jangan ngeloyor sendiri! Aku mau bunuh diri disaksikan kau. Biar tersiksa kau! Tersiksa!
lelaki            : Boleh, boleh! Tapikan siletnya belum ada. Sebentar! (ngeloyor)
perempuan: jangan pergi!
lelaki             :Deket, ko. ke babah akhmad

 

Dan juga dialog :

LELAKI           : Kenapa jalan sini tadi? Kan masih jauh?(memandang arah jalan ke jauhan) wah jauh jadinya! Saya ingin rumah bersalin yang di sana!( menunjuk) yang ada di iklan. Potongan 25% dokter spesialis, bidan berpengalaman, juru rawat ramah. Kan kemaren saya tunjukan iklannya. Iya kan? Alamatnya suruh catat, kan? ( mengeluarkan potongan surat kabar kumal, di telaah lalu manggut-manggut, lalu mikir-mikir arah jurusan jalan) ah, dari sini juga bisa sedikit jauh enggak apa. Bagaimana? Sudah bisa jalan lagi? Bisa, ya? Bisa tahan? Coba! Coba!(menolong) waaahh….( perempuan merintih. Lelaki mondar-mandir,berfikir. Lalu berkata tiba-tiba) he,bagaimana kalau….e….kau naik gerobak sampah. Aku menarik!

Perempuan  : (mengap) ah,masak, nanti di kira anu….

Lelaki             : ga ada yang kira anu-anu…

Perempuan : di kira curi!

Realistis adalah suatu keadaan aslinya, keadaan yang real. Contoh dialog pertama perempuan sedang mengalami kesakitan, si lelaki mencoba meremehkan keadaan si perempuan mungkin dengan maksud agar si perempuan tidak rewel, si lelaki pingin perempuan kuat, tidak membuat suasana jadi panik. Disini ego si lelaki muncul, dimana si lelaki mencoba menyembunyikan hal yang realitas yaitu ketidak mampuan dan kebingungan dalam bertindak dalam situasi seperti itu.
sedangkan dialog yang kedua silelaki mencoba mengatur strategi memainkan kesana-kemari karena dia tidak punya uang untuk membawa s perempuan untuk datang ke tempat persalinan. Realitas mengalahkan keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya.

 

Dialog yang memperlihatkan super ego:

Perempuan : ( perempuan manggut-manggut antara sadar dan tidak sadar. Sangat menderita hampir ke puncak)

Lelaki             : ya? Begitu? Saya ke rumah sakit duluan,tidak lama. Saya akan lari. Saya akan tanya,eh,,,,,apa dapat minta ambulance….secepat nya ,,,ya? Tunggu, ya? Berdoalah.(lihat ke atas) wah, lagi hijau, saya Cuma masuk angin tadi di rumah, nggak apa-apa. Perut kosaong. Jadi pikiran bisa kemasukan apa-apa. Yang bukan-bukan. Perutmu juga kosong, ya? Biar tahan saja dulu,ya? Saya tidak lama. Harusnya memang kau minum telor dulu, biar ada tenaga, biar kuat ….(lihat ke atas) mumpung lampu merah!( lari,exit.suara klakson meraung)

Perempuan : (anjing menyalak. Nyaris sebuah doa dalam percakapan dengan orok yang di kandungnya) haruslah kau lahir di pinggir jalan ini? Di gerobak sampah ini? Di jilati anjing itu? ( merintih, anjing terus menyalak. Perempuan menatap langit, kini terasa berpendar, pusing, berputar langit malam itu) matahari! Matahari hadir di malam ini. Mataharimu,matahariku. Di hati kami. Matahari dalam hidup kami. Matahari…aduh, gusti, terasa tidak kuat lagi, gusti…gusti. Jadikan begitu,  atau biarkan aku lelah dalam kebisinganku, dan ia, biarkan istirahat dalam kedamaiannya, biarkanlah.( anjing menyalak semakin santer. Klakson kembali meraung-raung)

Lelaki             : (lelaki muncul, lari menyebrang jalan setelah melihat stopan merah. Lalu di lemparnya anjing itu, salaknya menjauh) saya telah beruasaha, telah ketemu portir.  Dengan bidan juga.bidan piket malam ini. Dengan juru rawat, pokoknya banyak lagi. ( lemas) kita di minta borg. Kau tahu borg?( perempuan tidak menyisihkan pandangannya atas langit) uang muka. Uang muka sebagai jaminan. Kaya uang konci sewa rumah.itu.( bibir perempuan menahan sakit yang mulai memuncak) lalu,lalu, ya saya terus memohon …apakah…anu…eu… saya di minta kartu pegawai sabagai pengganti uang borg tadi, jaminan, yah saya ngak punya, bukan pegawai apa-apa. Kerja Cuma cutat-catut ya kalau kebetulan ada bolongan. Lalu saya memohon , bisa misalnya,,,, malah say beranikan diri bilang ,,,,anu,,,,demi kemanusian, eh lalu, lalu dengan muka manis, yah saya ingat gadis itu  mukanya manis meskipun matanya kuyudan bibir nya pucat, bilang begini(minggat) begini( minggat) bagaimana ya? Ah, pokoknya maksud saya begini , bukan karena kasihan atau tidak berprikemanusiaan, dan …dan..dan.. seterusnya. Banyak lagi. Saya kurang ingat. Tapi ini peraturan, ya dia bilang begitu  ya peraturan. Dia Cuma pegawai biasa, tidak bisa ambil keputusan “. Maaf!maaf” sambil senyum(marah) setan!!!

Perempuan : ( pada penderitaannya, tiba-tiba perempuan berteriak) hei, setan-setan mengguncang langit ! langit pun mabuk! Awan! Awan jelaga awan!

                        Hei, gunungpun mabuk bintang-bintang berpusing! Burung berjuta berpusing juga! Memburu matahari! Makin tua ia! Tampak makin tua!

Lelaki             : ( burung melerai) ngoceh apa kau? Diam! Perutmu kosong., ya? Haus, ya? Kemasukan yang bukan-bukan, ya?

Perempuan : seperti mimpi-mimpi itu ( berusaha bergayut pada pundak lelaki)

Lelaki             : (membara kening perempuan,khawatir) badanmu panas, panas sekali. Kita coba lagi ke rumah bersalin yang lain saja. Atau rumah sakit umum, tapi agak jauh. Enggak apa asal sampai. Alon-alon saja. Bagaimana? Sudah turun mulesnya? Yuk, cepat mumpung lagi merah.( mereka berusaha menyebrang. Sampai di tengah perempuan mengadu hebat. Menjual perut. Merintih . menderita yang tak tertahankan. Sementara itu lampu stopan  berubah hijau. Klakson menjerit-jerit. Mobil meraung. kemelut-kemelut. Perempuan pingsan. Lelaki berusaha menarik. Terjatuh. Meremas isi perut dalam ketidak sadarannya. Klakson semakin menjerit. Menderum berebut jalan. Lelaki meraba-raba perut perempuan, terasa tidak ada gerak.  Klakson semakin menjerit. Mobil makin menderum. Lelaki bangkit, dengan kekuatan yang luar biasa, yang tersisa, ia berteriak  ke segala arah)

anakku mati! Anakku mati!mati!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Perasaan malu atas ketidak adaan yang membuat semuanya tidak berjalan atas egonya sendiri. Rasa malu masuk ke tempat bersalin mengakibatkan takdir yang lain yaitu musibah ketabrak dan matinya perempuan dan bayinya itu.

 

 

Tulisan dari M Zamzam Mubarok S.sn seorang pekerja seni dengan spesifikasi artistik

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler