Skip to Content

Kongres Cerpen Indonesia (KCI) V di Banjarmasin

Foto Y.S. Agus Suseno

KONGRES CERPEN INDONESIA (KCI) V DI BANJARMASIN

Y.S. Agus Suseno

            Ketika esai ini Anda baca, Kongres Cerpen Indonesia (KCI) V telah berlalu. Perhelatan sastra akbar yang berlangsung di Taman Budaya Kalimantan Selatan (TBKS), Banjarmasin, 26 s.d. 28 Oktober 2007, oleh panitia pelaksana bersama Dewan Kesenian Kalimantan Selatan (DKKS) ini bertema Cerpen Indonesia dan Dunianya, menghadirkan 12 sastrawan dan pengamat sastra Indonesia sebagai pembicara dan instruktur workshop penulisan cerita pendek.

            Sesuai jadwal, Sabtu (27/10/2007), cerpenis dan novelis kelahiran Banjarmasin (yang bermukim di Surabaya, mendiang), Lan Fang, menyajikan topik Tionghoa dalam Cerpen Indonesia, disusul Tradisi Cerpen di Kalimantan Selatan (Jamal T. Suryanata); Warna Lokal dalam Cerpen Indonesia (Korrie Layun Rampan); Kajian Komparatif Cerpen Indonesia (Agus Noor); Naratologi Cerpen Indonesia dalam Mobilitas Teks yang semakin Sempit (Trianto Triwikromo); Akses Media dan Idealisme Industri Media/Perbukuan (Saut Situmorang) dan Kosmologi Lokalitas Globalitas Cerpen Indonesia (Kajian Interdisipliner) Nirwan Ahmad Arsuka.

            Minggu (28/10/2007), Ahmadun Yosi Herfanda dan Katrin Bandel, Ph.D masing-masing menyampaikan Eksplorasi Tema, Bahasa dan Teknik Cerpen-Cerpen Indonesia Mutakhir dan Estetika Cerpen Indonesia Karya Cerpenis Perempuan Indonesia dan Perbandingannya dengan Cerpen Asing.

            Di hari yang sama (Sabtu, 28/10/2007), di gedung lain di TBKS, penyair, cerpenis dan novelis Joni Ariadinata, Gus Tf Sakai dan Yanusa Nugroho bertindak sebagai instruktur workshop penulisan cerita pendek, masing-masing berkenaan dengan Strategi Kreatif Menemukan dan Mengembangkan Cerita; Menciptakan Tokoh Fiksi dan Konflik Dramatik: Teknik Referensi Lokal dan Penciptaan Karakter dan Unsur Dramatik dalam Cerpen.

            Dengan kuota 60 penulis muda asal kabupaten/kota Kalimantan Selatan, workshop bertujuan memberikan pembekalan tentang apa dan bagaimana menulis cerpen yang baik, plus beragam kiat, seperti dapat dilihat dari topik masing-masing instruktur.

            Di samping pemaparan wacana dan diskusi sastra, juga diadakan Sidang Pleno peserta KCI V yang membahas draf AD/ART, pembentukan pengurus dan deklarasi organisasi Komunitas Cerpen Indonesia (KCI), sekaligus memberikan rekomendasi kepada calon pelaksana KCI VI (Tahun 2009).

            Pambahasan, penyusunan pengurus dan deklarasi KCI di Banjarmasin penting, karena menjadi amanat peserta KCI IV di Pekanbaru, Riau, 26 s.d. 30 November 2005. Pada KCI IV di Pekanbaru itu, yang merekomendasikan Kalimantan Selatan sebagai pelaksana KCI V Tahun 2007 -- dan, waktu itu, langsung disetujui Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Rosehan N.B. (kini Ketua Umum DKKS} via telepon -- delegasi DKKS hadir sembilan orang.

            Di luar acara hiburan seperti pembacaan cerpen, pertunjukan tari dan sastra tradisi Banjar serta anjangsana bagi peserta ke objek wisata lokal, KCI V diharapkan berdampak positif bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan (khususnya sastra Indonesia modern) di Kalimantan Selatan.

            Hal itu sekurangnya diharapkan muncul dari pelbagai wacana  yang mengemuka dalam diskusi sastra, terutama yang membicarakan warna lokal dan lokalitas dalam karya sastra. Belakangan, beberapa cerpenis muda (seperti tampak dari sejumlah cerpen yang terbit di media cetak lokal), kian menjauh dari khasanah tradisi dan budaya daerahnya sendiri. Kepala mereka tinggi sekali di langit lazuardi (imajinasi), padahal (atau, tapi) kakinya masih menginjak di bumi (yang tak lagi dikenali).

            Harapan mungkin dapat diletakkan di pundak peserta workshop penulisan cerpen. Dari setiap kabupaten/kota Kalimantan Selatan, diundang tiga orang peserta, diutamakan yang muda dan berbakat menulis fiksi. Selain sebagai kurator, kantor/dinas kebudayaan/pariwisata setempat diharapkan memfasilitasi transportasi peserta bersangkutan, sementara akomodasi dan konsumsi dijamin panitia.

            Tak ada gading yang tak retak, tentu saja. Tak ada impian yang dapat terwujud dalam sejenak. Pelaksanaan KCI V di Banjarmasin sudah barang tentu banyak kekurangan. Berharap (setelah KCI V) langsung muncul cerpenis dan novelis andal Indonesia asal Kalimantan Selatan, tentu saja keterlaluan. Meskipun demikian, uang yang dikeluarkan untuk perhelatan KCI V takkan sia-sia: ia menjadi investasi budaya yang besar manfaatnya bagi masa depan anak cucu kita... (*)

 

 

           

           

           

                    

           

           

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler