Skip to Content

PENGHALUSAN BAHASA

Foto usman hasan

Penghalusan  Bahasa

 

Bahasa itu penting. Memilih kata-kata yang pas, sopan, halus dan enak didengar menjadi sangat penting ketika  harus berurusan dengan orang lain dalam soal apapun. Ketika tidak ada penguasaan yang komplit dalam soal bahasa, maka yang dialami pasti kegagalan. Apalagi orang yang menekuni profesi sebagai diplomat, penggunaan bahasa yang tepat sangat penting dan menentukan keberhasilan dalam mengemban tugasn negara.

Dalam bahasa Indonesia ada yang disebut eufumismus. Maksudnya, penghalusan bahasa. Misalnya kalimat “orang itu gila”. Dihaluskan dalam kalimat “orang itu lemah pikiran”. Sebenarnya  sama saja, apa yang disebut gila dan lemah pikiran, hanya lemah pikiran lebih halus dan enak didengar.

Ketika zaman Orba, sering dipakai kata diamankan. Misalnya, ada yang ditangkap pemerintah, ketika dikonfiramsi pers, maka dikatakan pula bahwa orang itu diamankan, tidak dikatakan ditangkap. Padahal sudah babak belur dipukuli didalam sel, masih dikatakan diamankan.

Demikian ketika terjadi kelaparan ratusan orang di Papua, pemerintah mengatakan bahwa yang terjadi di Papua bukan kelaparan, tapi gizi buruk. Gizi buruk itu bisa terjadi, salah satunya disebabkan  sering menahan lapar, sedangkan menahan lapar hampir tidak ada bedanya dengan kelaparan. Sami mawon, kata orang Jawa.

Eufimismus penting dalam komunikasi. Pemerintah Soekarno sangat berhasil dalam  soal yang satu ini.  Ketika menghadapi pemberontakan PRRI/Permesta, maka dihimbaulah kepada mereka  yang mengangkat senjata melawan saudara sebangsa dan setanah air, Dengan bahasa halus “kembalilah ke pangkuan ibu pertiwi”. Diplomasi bahasa yang dilakukan oleh Soekarno berhasil. Pihak Permesta kemudian mau keluar dari hutan meletakan senjata.

Misalnya, dihimbau kepada Permesta supaya menyerah, hampir dapat dipastikan tidak akan dipedulikan, malahan kemungkinan akan bertambah melawan.  Terlalu kasar dan tidak elok di pendengaran. Dengan memakai  bahasa “kembalilah kepangkuan ibu pertiwi” terasa pas dan pas  di telinga. Walaupun tidak ada bedanya yang dimaksud menyerah dengan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Iklan dagang menjadi salah satu contoh dimana kata-kata yang dususun begitu rupa kemudian diiklankan di koran atau televisi  menjadi sangat penting. Pada saat perusahaan dagang memilih kata-kata yang pas dan komunikatif dengan publik, maka berapapun biaya iklan yang dikeluarkan pasti akan kembali berlipat ganda dengan laris terjualnya produk dagang.

Tapi, ketika salah memilih kata-kata yang tepat, bukan keuntungan yang diraih, justru caci maki dan protes dari banyak pihak yang diterima.

Contohnya, ketika iklan bir ditayangkan di televisi kemudian mendapat protes keras publik utamanya tokoh-tokoh agama. Pasalnya, perusahan  Bir memasang iklan “jadilah orang modern dengan minum bir”.

Komunikasi yang tidak menguntungkan, justru banyak menimbulkan masalah. Maksudnya hendak menarik konsumen, tapi melakukan komunikkasi tanpa mengkaji dari sisi budaya, agama dan pandangan hidup masyarakat.***

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler