Skip to Content

Dimensi Negara yang Hilang

Foto KristoforusArakian
files/user/8047/DSC07486.jpg
DSC07486.jpg

Ditengah kecenderungan fragmentasi pengetahuan dan spesialisasi ilmu, sintesis  semacam ini memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi setelah runtuhnya komunisme dalam kronologi sejarah dunia ketika maraknya liberalisme orang terus bergerak untuk kembali melihat sejarah sebagai  sebuah proses perubahan besar yang menyeret nasib manusia. Untuk memenuhi hasrat seperti itu dan mengantarkan kita kembali pada persoalan-persoalan dasar dalam sejarah serta jawaban-jawaban yang telah diberikan oleh para pendahulu-pendahulu untuk memberikan sumbangsi penting dalam membantu kita memetakan masa depan dengan mengacu pada elemen-elemen dasar manusia seperti kehendak bebas sebagai motor utama penggerak perubahan. Ditengah kehidupan yang semakin canggih diera Globalisasi ilmu pengetahuan dan teknolgi dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang Global bagi tatanan kaum terpelajar dalam membaca potret realitas hari ini, menganalisis setiap kondisi yang dipaparkan oleh alam hari ini akibat ulah manusia. Kembali Bangsa disuguhkan isu menarik dengan skala nasional. Entah apa tujuan hadirnya isu yang dilontarkan diwilayah public yang kemudian menimbulkan keresahan akan stabilitas Bangsa yang kian merosot.

Aksi – aksi terorisme, penyebaran penyakit dan bertahannya tingkat kemiskinan serta merebaknya korupsi dikalangan birokrat dan Nepotisme dll bukanlah hal lumrah yang berdiri sendiri. Namun peristiwa seperti itu merupakan gejala-gejala politik dimana Negara sebagai institusi terpenting dalam masyarakat gagal menjalankan peranannya. Sebagai jawaban atas kegagalan Bangsa ini maka sudah saatnya kita memperkuat peran dan fungsi Negara dengan terlebih dahulu kita memahami peran dan fungsinya dalam masyarakat. Karena suatu Negara yang kuat ditandai dengan kemampuannya menjamin bahwa hukum dan kebijakan yang dilahirkannya ditaati oleh masyarakat tanpa  harus menebarkan ancaman dan kecemasan yang berlebihan masyarakat.

Apalagi ketika lebih jauh kita mengkaji apa yang disodorkan oleh kebanyakan kaum Liberal seperti alternative deregulasi, debirokratisasi, kapitalisasi, privatisasi dan lain sebagainya sebagai bentuk pro pasar dengan berbagai pandangan yang agak simplisit. Alternative semacam ini menjadi pengerak perubahan ekonomi yaitu dengan memangkas intervensi ekonomi Negara ketingkat yang minimal. Dalam satu sisi, alternatif ini membawah hasil-hasil yang mengembirakan ssperti pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan integrasi pasar. Namun dari sisi yang lain, pahaman pro pasar yang disajikan kaum-kaum liberal justru membawah problematika baru dimana berkurangnya peran Negara dalam ekonomi juga terkait dengan merosotnya kapasitas Negara untuk melakukan fungsinya yang memang perlu sesuai kondisi yang tersaji hari ini. Hal terakhir ini dapat menyebabkan gejala yang menjadi sari pati dari tulisan ini yaitu gejala kegagalan Negara atau Bangsa dengan akibat yang menyedihkan.

Kalau kita coba melihat kembali perjalanan sejarah dunia sejak rontoknya system komunis paham Liberalisme tidak lagi memiliki pesaing yang serius dan ini menimbulkan kesedihan, keresahan dan penyesalan karena dengan kaca mata sederhana dapat kita simpulkan bahwa kemiskinan dan penderitaan hari ini yang dialami bangsa Indonesia dari segala aspek kehidupan baik ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya bukan merupakan hasil atau akibat daripada marak atau lahir kembalinya terorisme ataupun komunisme tapi lebih pada tdak terbendungnya pengaruh paham liberalisme karena dari situ dilihat kegagalan Bangsa dan Negara sebagai tameng daripada jeritan dan penderitaan masyarakat. Kondisi ironis hari yang diperlihatkan Negara hari ini dengan menyajikan isu nasional berbau komunisme mengajak kita untuk lebih banyak memperhatikan masalah penguatan kapasitas dan otoritas Negara dalam melakukan perannya. Seperti yang dipaparkan sejarah pada abad ke-20 dimana banyak Negara diAsia, afrika dan amerika latin melakukan ekspansi kegiatan ekonomi besar-besaran tanpa ada daya dukung kelembagaan yang memadai. Disini negara sangat ambisius ingin mengatur banyak hal dalam berbagai macam aspek kehidupan, tetapi kemampuan pemerintahannya begitu lemah baik karena ketidakmampuan administrasi maupun karena perilaku bobrok ala korupsi dan semacamnya. Dari sini terlihat denga jelas dalang dari kegagalan  dan bencana kemanusiaan yang menyedihkan ketika kualitas aturan main sistem kenegaraan dalam hal ini konstitusi pun lemah ditambah lagi dengan kulitas pelaksana system yang bobrok moralitas, bobrok moralitasnya, buta nurani kemanusiaan ketika memuja kepentingan individualistic melahirkan fanatisme pribadi dan golongan menyisahkan tanggis dilembah minoritas masyarakat.

Semua kebijakan yang dilahirkan dari pemikiran-pemikiran kaum birokrasi yang bobrok hari ini lebih cendrung mengacu pada nilai Ekonomis atau Keuntungan yang kemudian diraih Negara dan berapa pasokan atau jatah yang akan jatuh dikantong-kantong pemangku birokrat. Tanpa disadari kondisi hari ini seperti menggambarkan kita tengah berada ada Zaman Kolonialisme hanya saja bukan kita dijajah fisik sperti kebanyakan yang Nampak dalam kronologi sejarah kolonialisme sperti taman paksa dan kerja rodi, namun kita sedang di jajah kesadaran yang menurut Bang Pramodya Ananta Toer yakni “penjajahan Kesadaran”. Kita tengah dininabobokan zaman dan dengan gaya retorika konyol para penguasa kita dihegomoni diluar allam sadar kita sendiri. Hanya saja kita sedang tidak sadar lantaran sibuk akan aktivitas monoton kita setiap harinya akibat tuntutan hidup yang semakin meningkat lantaran keinginan sudah terlampau tinggi. Kita bukan saja menjadi budak bangsa colonial tapi budak bangsa sendiri Dallam penjara keinginan kita yang terlampau besar namun tidak punya manajemen personal yang matang.

Jangan Lupa minum Kopi Hitam karena hanya itu kopi hitam yang mampu diajak begadang tanpa Sianida dan dapat mematikan nicotin rokok yang jedal-jedul sahabat malam-Mu. Ingat itu senjatamu untuk taklukan malam, setubuhi malam berharap esok akan lebih baik karena mungkin dengan menulis Nurani Kemanusiaan akan dibangkitkan kembali.

 

Larantuka, Juni 2016

 


Kopi Hitam & Perempuan Hebat

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler